SuaraJogja.id - Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman memperkirakan bahwa perbaikan Selokan Mataram akan dilakukan hingga 2023.
Sementara itu diketahui, perbaikan saluran menyebabkan kekeringan di sejumlah wilayah Kabupaten Sleman. Tak terkecuali lahan pertanian dan kolam perikanan milik warga.
Kepala DP3 Sleman, Suparmono mengungkap, sebagai upaya untuk mengurangi beban yang dialami para petani di waktu ke depannya, DP3 akan membuatkan sumur dangkal bagi para petani.
"Tahun ini akan membuat sumur-sumur dangkal, untuk wilayah yang terdampak Selokan Mataram," ungkapnya, Jumat (28/10/2022).
Baca Juga:544 Hektare Sawah di Sleman Terdampak Penutupan Aliran Selokan Mataram
Ia menjelaskan, sumur dangkal ini bertujuan untuk membantu petani tetap dapat mengairi lahan mereka, meski jaringan Selokan Mataram sedang dimatikan.
Mengingat dampak kekeringan diperkirakan berlangsung lama, pihaknya telah meminta petani yang membutuhkan sumur dangkal untuk mengajukan proposal ke DP3 Sleman.
"Pengajuan proposal, sebutnya, ditunggu hingga akhir November 2022. Sudah banyak Gabungan Kelompok Petani yang mengajukan proposal pembangunan sumur ladang saat ini," ungkapnya.
"Semoga tahun depan bisa dibantu [membangunkan sumur dangkal]," terangnya.
Ia menyebut, bila masih ada banyak proposal yang diajukan, maka akan ada yang dimasukkan dalam program pembangunan sumur dangkal di tahun berikutnya.
"Prioritas wilayah yang akan dibangunkan sumur dangkal adalah wilayah yang berada di dekat Selokan Mataram dan terdampak pengeringan setiap jaringan diputus," tambah dia.
Sebelumnya diberitakan, jaringan irigasi Saluran Selokan Mataram diperbaiki sejak Agustus 2022. Akibatnya, jaringan dimatikan dan tidak ada air yang mengalir ke lahan pertanian dan kolam ikan warga.
Akibat perbaikan dan tidak adanya air yang masuk ke lahan dan kolam warga, DP3 Sleman mencatat ada lahan sawah sebesar total 544 Hektare (Ha) dan kolam ikan 230.120 meter persegi, yang terkena dampak akibat dimatikannya saluran warisan kebijakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu.
"Dari jumlah 544 Ha tersebut yang bero (tidak ditanami) ada 293 Ha. Sementara itu seluas 251 Ha yang di ada di Purwomartani, Tirtomartani dan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan ditanami palawija, umur sekitar satu sampai dua bulan," ungkap Suparmono pertengahan September 2022 lalu.
Kontributor : Uli Febriarni