SuaraJogja.id - Ambruknya atap SD Muhammadiyah Bogor, Kapanewon Playen yang berujung pada tewasnya seorang anak bernama Fauzi Ajitama (12) menjadi sorotan di Gunungkidul. Bocah 12 tahun itu tertimpa baja ringan dan juga besi hingga akhirnya dinyatakan tewas, Selasa (8/11/2022) malam.
Kematian Fauzi Ajitama menjadi duka yang mendalam bagi civitas sekolah. Tak sedikit yang melayangkan doa terhadap almarhum korban yang diketahui sempat menolong temannya ketika terjebak.
Berikut ini Suarajogja.id merangkum sejumlah fakta dari insiden yang terjadi di SD Muhammadiyah Bogor hingga menyebabkan 1 anak tewas tertimpa runtuhan atap sekolah.
1. Menyetor hafalan Al Quran
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 07.30 WIB, Selasa (8/11/2022). Sebenarnya saat itu belum ada pelajaran yang bergulir, namun saat pagi siswa-siswi biasa menyiapkan setoran hafalan dari program yang ada di sekolah setempat.
Di sisi lain, giliran untuk penyetoran hafalan Al Quran itu sudah hampir selesai. Nahas, insiden tak terhindarkan dan 12 anak yang masih berada di ruang kelas lantai dua itu menjadi korban.
2. Anak-anak menyelamatkan diri dalam reruntuhan
Insiden tersebut terjadi secara cepat. Saksi mata yang juga wali murid di sekolah setempat, Jumiran melihat anak-anak ada yang tertimpa runtuhan ada yang masih berusaha keluar dari timbunan atap tersebut.
Satu orang yang dia lihat saat itu adalah Fauzi Ajitama yang sudah tertimpa baja ringan dan besi di atas tubuhnya.
Baca Juga:Jembatan Ambruk Nyaris Renggut Nyawa Korban di Sleman, Begini Respon Pemkab
3. Belum diketahui warga
Insiden tersebut awalnya tak banyak orang tahu, Jumiran yang ada di lokasi langsung memberitahukan warga sekitar lewat pengeras suara masjid terdekat. Setelah itu warga berdatangan termasuk orang tua murid-murid.
4. Dua siswa dilarikan ke RSUD Wonosari
Terdapat dua anak yang dilarikan ke RSUD Wonosari, Fauzi Ajitama dan anak berinisial CA (11). Namun CA diperkenankan kembali karena lukanya tak seperti Fauzi. CA mengalami cidera di bagian kaki.
5. Fauzi Ajitama alami kritis
Fauzi Ajitama mengalami kritis hingga dibawa ke ICU RSUD Wonosari. Lukanya berat mengingat dirinya tertimpa langsung sejumlah baja ringan.
6. Fauzi sempat melindungi temannya sebelum meninggal
Fauzi Ajitama memang sudah pingsan saat peristiwa terjadi. Menurut Panewu Playen, Agus Sumaryono mengatakan Fauzi sempat melindungi teman-temannya.
Fauzi memberikan jalan bagi teman-temannya saat detik-detik peristiwa itu terjadi. Nahas nyawanya melayang karena menahan beban baja ringan yang menimpa tubuhnya pagi itu. Fauzi Ajitama dinyatakan tewas sekitar pukul 20.45 WIB, Selasa.
7. Ayah Fauzi meninggal 2 hari sebelum peristiwa
Untuk diketahui, sebelum insiden terjadi, ayah Fauzi Ajitama dikabarkan meninggal dunia. Dua hari sebelum peristiwa Fauzi haru kehilangan ayahnya.
Fauzi dan ayahnya dimakamkan di TPU Dusun Sumberejo Kalurahan Ngawu Kapanewon Playen.
8. Atap sekolah dinilai ringkih
Belum ada kepastian penyebab atap tersebut ambruk. Namun beberapa warga termasuk Jumiran sempat menegur pihak sekolah terhadap konstruksi bangunan yang digunakan.
Mengingat tembok dibuat lebih kokoh, namun konstruksi atap yang digunakan terlalu ringkih menggunakan baja ringan dengan genteng press.
"Sebenanrya bangunan sendiri sudah berdiri sejak lima tahun lalu. Tapi kalau baja ringan sebagai penopang atap ya tidak kokoh. Kemudian kalau baja ringan harusnya pakai genteng khusus bukan genteng press. Apalagi pemasangannya kayaknya tidak standar. Karena pemasangannya tidak rapat, baja ringannya 1x1 meter, dikasih genteng, tapi genteng press tidak kuat," kata Jumiran.
9. Anak-anak alami trauma
Peristiwa tersebut menjadi ketakutan hingga munculnya trauma terhadap 11 anak korban. Kaposek Playen, AKP Hajar Wahyudi mengatakan banyak anak yang mengalami luka lecet, takut hingga trauma.
Selain itu, wali murid bernama Widodo membenarkan dua anaknya mengalami trauma. Bukan tanpa alasan, sebab anaknya berada tepat di sebelah Fauzi Ajitama yang dilaporkan meninggal setelah melewati masa kritis di RSUD Wonosari.
10. Polisi lakukan penyelidikan
Insiden maut itu menjadi perhatian polisi untuk menggelar penyelidikan mendalam. Bahkan beberapa kepingan runtuhan diambil untuk dibawa ke Polres Gunungkidul.
Kapolres Gunungkidul, AKBP Edy Bagus Sumantri belum memastikan penyebab bangunan atap tersebut ambruk.
11. Libatkan UGM dalam penyelidikan
Jajaran kepolisian sendiri melibatkan pakar bangunan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengidentifikasi dan penyelidikan ambruknya atap sekolah tersebut.
Dosen Tehnik Sipil UGM, Dr Muslikh mengatakan pihaknya diminta untuk menganalisis bangunan atap yang menimpa 12 anak siswa tersebut. Beberapa material juga diambil dan akan diteliti lebih lanjut.
12. Wakil Bupati Gunungkidul lakukan audit
Insiden yang menewaskan satu orang siswa ini turut menjadi perhatian Pemkab Gunungkidul. Waki Bupati Gunungkidul, Heri Susanto segera melakukan audit terutama di sekolah setempat. Hal itu juga dilihat dari konstruksi atap sekolah yang dianggap masih baru.