Kebaya jadi Rebutan Lima Negara, Ini Tanggapan UNESCO

UNESCO memastikan penetapan kebaya sebagai warisan budaya tak benda tidak hanya didasarkan pada klaim semata.

Galih Priatmojo
Sabtu, 26 November 2022 | 08:07 WIB
Kebaya jadi Rebutan Lima Negara, Ini Tanggapan UNESCO
Program Specialist and Head of Culture Unit UNESCO, Moe Chiba menyampaikan paparannya dalam Diskusi Membangun Masyarakat Tangguh Melalui Keuangan. [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Pertarungan hak milik warisan budaya tak benda kembali mengemuka. Kali ini empat negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand beramai-ramai mengklaim kebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.

Empat negara itu sudah melakukan upaya multinasional guna mendapatkan tujuan mereka. Padahal Indonesia saat ini juga tengah memperjuangkan kebaya sebagai warisan budaya tak-benda ke UNESCO.

Berita klaim empat negara tersebut tiba-tiba mengejutkan warga Indonesia. Sebab banyak yang mengira hanya Indonesia yang mendaftarkan kebaya tersebut ke UNESCO.

Program Specialist and Head of Culture Unit UNESCO, Moe Chiba saat diminta komentarnya, Jumat (25/11/2022) pun memberikan tanggapannya. Ditemui disela Diskusi Membangun Masyarakat Tangguh Melalui Keuangan Berkelanjutan, Moe mengungkapkan UNESCO belum menerima proposal dari keempat negara di Asia Tenggara tentang klaim kebaya tersebut.

Baca Juga:Lama Tak Terdengar Pasca Perceraiannya, Artis Ini Tampil Anggun dengan Kebayanya: Cantik Sekali

"UNESCO belum menerima proposal [klaim kebaya] itu [dari empat negara itu]. Ini masih rumor, belum ada kepastian," ujarnya dalam bahasa Inggris.

Menurut Moe, pihaknya baru mengetahui ada pertemuan bersama antara pemerintah Malaysia, Singapura, Brunei Darrusalam dan Thailandy yang mengkonsultasikan klaim tersebut ke UNESCO. Sedangkan pihaknya tidak tahu kenapa Indonesia tidak ikut bersama empat negara tersebut.

Namun UNESCO berharap lima negara tersebut bisa berkolaborasi bersama dalam mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda alih-alih saling mengklaim. Sebab pelestarian budaya yang digaungkan UNESCO bukanlah persaingan antarnegara.

"UNESCO mempromosikan kolaborasi karena budaya bukan masalah persaingan. Program warisan budaya adalah bagian dari menghormati budaya, kami tak ingin program ini menjadikan [negara] saling berperang dan bersaing," tandasnya.

Moe menambahkan, UNESCO memastikan penetapan kebaya sebagai warisan budaya tak benda tidak hanya didasarkan pada klaim semata. Namun organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut melihat bagaimana peran negara, termasuk pemerintah dan masyarakatnya dalam melestarikan keberadaan kebaya.

Baca Juga:Selalu Bikin Memukau, Intip 10 Gaya Nikita Willy Mengenakan Kebaya

Selain itu tidak hanya kebaya sebagai busana yang dikenakan masyarakat luas. Namun juga melestarian pembuatan kebaya sebagai prasasti agar tidak punah.

"Jadi penilaiannya unesco bukan kebaya mana yang paling indah atau yang lebih baik namun bagaimana kebaya menjadi prasasti sebuah negara. Jadi [penetapan warisan budaya] bukanlah kompetisi bisnis," tandasnya.

Sementara Puni Anjungsari, Director Country Head of Corporate Affair Citi Indonesia, mengungkapkan situs warisan di Indonesia memainkan peran vital dalam upaya pelestarian nilai warisan budaya. Selain itu meningkatkan ketertarikan wisatawan domestik dan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

"Meski destinasi wisata pariwisata indonesia namanya bersinar di kancah global, dampaknya tidak serta merta dirasakan masyarakat yang berada di sekitar. Karenanya unesco dan citi foundation konsisten menggerakkan prodyuktivitas dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar situs warisan budaya," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak