SuaraJogja.id - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut masuk dalam salah satu lokasi yang mengalami perubahan potensi kegempaan. Hal ini disampaikan Profesor riset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi Danny Hilman Natawidjaja dalam penyelenggaraan workshop nasional 'Perkembangan Terkini Pemutakhiran Peta Sumber Dan Bahaya Gempa Indonesia' yang dilaksanakan secara hybrid di Jakarta, pada Kamis-Jumat (29-30/11/2022) lalu.
Dalam diskusi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tersebut, Profesor Hilman memaparkan, dari hasil studi survei geolistrik dan pemetaan berdasarkan morfologi, ditemukan sesar baru di wilayah Yogyakarta.
Sesar baru yang disebut Sesar Mataram ini, kata Hilman, berasosiasi dengan opset stream. Walapun memang belum ada studi yang lebih detail mengenai hal itu namun sesar tersebut diklaim berada di wilayah Kabupaten Sleman.
Menanggapi temuan itu, Staf Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sleman, Ayu K Ekarsti, menyatakan, hasil penelitian tersebut sudah diterima BMKG. Namun belum ada informasi secara spesifik dan formal khusus yang diterima Stasiun Geofisikan BMKG Sleman.
Baca Juga:Prakiraan Cuaca Semarang Hari ini Rabu, 15 Februari 2023, Waspada Hujan Lebat dan Angin Kencang
"Kalau kami dari BMKG lihatnya dari kacamata kegempaan. Biasanya kegempaan terjadi di sekitar lokasi sesar," kata Ayu, Selasa (14/2/2023).
Ayu memaparkan, dari peta kegempaan yang ada di BMKG, sejauh ini hanya ada dua sesar. Selain Sesar Opak ada pula Sesar Oyo.
Dua sesar tersebut yang disebut cukup sering menyebabkan aktivitas kegempaan. Salah satu yang berdampak besar adalah gempa pada 2006 silam.
Namun memang tidak dipungkiri Ayu bahwa pihaknya sejauh ini belum mendapatkan informasi lebih rinci terkait Sesar Mataram. Ketika kemudian dilihat dari sisi kegempaan di daerah yang diduga dilintasi sesar baru tersebut.
"Jadi sampai saat ini kami belum memperoleh informasi kegempaan itu. Khususnya di daerah yang diduga dilintasi Sesar Mataram," ungkapnya.
"Sesar dikatakan aktif itu jika ada kejadian kegempaan di sekitarnya. Lalu sesar aktif ditetapkan bukan hanya satu metode. Harus ada pembanding yang mencocokan jika ada sesar yang aktif," tambahnya.
Sehingga, kata Ayu, masih dibutuhkan observasi pembanding untuk menguatkan penelitian tentang temuan Sesar Mataram di Kabupaten Sleman itu. Tidak lupa melibatkan berbagai metode dari banyak disiplin ilmu mulai dari geofisika, geologi hingga geodesi.
"Hingga saat ini BMKG belum bisa mengklaim keberadaan sesar mataram tersebut. Apalagi sampai menyatakan bahwa sesar tersebut berbahaya atau merupakan sesar aktif," tegasnya.
Untuk saat ini masyarakat diminta untuk tidak perlu panik dan beraktivitas seperti biasa. Ke depan pihaknya akan bekerja sama dengan sejumlah akademisi untuk melakukan observasi lebih lanjut terkait temuan itu.