7 Kalurahan Masuk KRB III Erupsi Merapi, Warga Digerakkan untuk Ronda dan Jaga Malam

Kustini mengungkap, yang menjadi prioritas dalam skenario mitigasi tersebut adalah dengan mengevakuasi warga yang berada di wilayah KRB III.

Galih Priatmojo
Senin, 13 Maret 2023 | 18:36 WIB
7 Kalurahan Masuk KRB III Erupsi Merapi, Warga Digerakkan untuk Ronda dan Jaga Malam
Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta meluncurkan awan panas guguran pada Sabtu (11/3/2023) ke arah Kali Bebeng atau Kali Krasak. (ANTARA/HO/BPPTKG)

SuaraJogja.id - Sedikitnya ada tujuh kalurahan di lereng Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang masuk ke dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. 


Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, mengungkap bahwa, Pemerintahan Kabupaten Sleman telah menyiapkan skenario sebagai antisipasi jika Gunung Merapi mengalami erupsi dalam skala besar. 


Langkah menyusun skenario tetap harus dilakukan, karena kita tidak bisa menyepelekan alam. Meskipun saat ini, berdasarkan rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Daerah Istimewa Yogyakarta, jarak aman dari puncak Gunung Merapi di wilayah selatan adalah sejauh 5 Km dan barat di 7 Km. 


'Tapi jika memang statusnya meningkat, sudah kami siapkan skenarionya," ungkap Kustini, Senin (13/3/2023).

Baca Juga:Jogja Tak Terdampak Erupsi Gunung Merapi, Ini Kata Pakar UGM


Kustini mengungkap, yang menjadi prioritas dalam skenario mitigasi tersebut adalah dengan mengevakuasi warga yang berada di wilayah KRB III.


Sedikitnya ada sekitar 7 kalurahan yang berada di wilayah KRB III; antara lain Kalurahan Kepuharjo, Umbulharjo, Glagaharjo, Hargobinangun, Purwobinangun, Girikerto dan Wonokerto.


"Prioritas [evakuasi] kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, difabel, ibu hamil dan ibu menyusui," jelas Kustini. 


Untuk mobilitas warga, pihak Pemkab Sleman melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan instansi terkait telah mengecek di lapangan dan semuanya dalam kondisi siap.


"Kendaraan untuk mobilitas di setiap wilayah sudah ada. Mulai dari truk, pick up, ada yang mobil pribadi dan kendaraan roda dua semua sudah stand by," terang Kustini.

Baca Juga:Kegiatan Belajar Mengajar Tetap Berlangsung Pasca Hujan Abu Erupsi Gunung Merapi


Kustini menambahkan, sejumlah warga yang berada di wilayah KRB III juga terus melakukan jaga malam atau ronda. Serta intens melakukan komunikasi melalui radio Handy Talky.

"Jaga malam masih jalan. Komunikasi intens terkait pengamatan gunung kalau ada apa-apa langsung dilaporkan. Alhamdulilah [ronda malam] ini sudah dilakukan secara sadar sejak dulu apabila ada tanda-tanda dari Merapi, tanpa perlu ada perintah," tambah Kustini.
 


Lurah Hargobinangun Amin Sarjito menjelaskan, pihaknya telah menyusun skenario terburuk mitigasi erupsi Merapi; meskipun sudah ada dokumen kontijensi kebencanaan erupsi.


"Karena ada beberapa perubahan. Pertama, [misalnya konteks barak pengungsian] karena dulu masih dalam suasana Covid-19, kami memakai sekolah yang ada di Kapanewon. Sekarang sudah mulai masuk [sekolah] [tatap muka] lagi. Sehingga, kami berkomunikasi kepada kalurahan penyangga," lanjut Amin.


Amin menyebut, sebagai sister village dari Hargobinangun, di Kapanewon Pakem ada Kalurahan Pakembinangun, Candibinangun, Harjobinangun. 


"Ketika nanti terjadi erupsi, ada beberapa barak yang akan kami gunakan. Yang pertama di Pandanpuro, nanti untuk wilayah Padukuhan Kaliurang Barat. [Pengungsi] [dari] Kaliurang Timur di RS Grhasia, karena ada beberapa gedung di situ," sebutnya.


Selanjutnya, barak di Kalurahan Candibinangun dan Harjobinangun, nanti digunakan warga Ngipiksari dan Kaliurang Selatan. Sementara Padukuhan Boyong akan menggunakan Disaster Oasis. 


"Untuk imbauan, bagi warga KRB III minimal mengaktifkan ronda. Sedangkan KRB II kami minta bantu menyangga," tandasnya. 

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini