Miris! Tidak Terawat dengan Baik, Ratusan Karya Seni di TBY Rusak

Sejumlah koleksi di TBY kondisinya rusak tak terurus

Galih Priatmojo
Jum'at, 19 Mei 2023 | 17:48 WIB
Miris! Tidak Terawat dengan Baik, Ratusan Karya Seni di TBY Rusak
Mikke Susanto, Kurator Kencan Nonton Wayang memperlihatkan koleksi seni yang mengalami kerusakan di TBY, Jumat (19/05/2023). [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Taman Budaya Yogyakarta (TBY) ternyata mempunyai lebih dari 110 karya seni. Tersimpan bertahun-tahun tanpa perawatan secara benar, kebanyakan karya seni berharga tersebut mengalami kerusakan karena masalah jamur, debu dan rayap.

Padahal karya-karya tersebut berasal dari para seniman-seniman besar di Indonesia seperti Edhi Sunarso, Jumaldi Alfi atau Rudi Mantofani. Selain itu Aming Prayitno, Amri Yahya, Askabul, Bagong Kussudiarjo, Djakaria Sunakusumah, Dyan Anggraini Rais, Eddy Sulistyo, Entang Wiharso, Fadjar Sidik, Genthong HSA, H. Harjiman, H. Widayat, Herry Wibowo, Ida Hadjar, I Made Wiradana, I Made Toris Mahendra dan Ida Hajar.

Nilai ekonomis karya-karya tersebut tak main-main karena mencapai miliaran rupiah. Belum lagi nilai sejarah karya patung, lukisan hingga grafis yang sangat berharga.

"Mungkin kalau TBY tahu harga-harganya kaget dan tidak mau memamerkannya, karena memang sangat luar biasa. Patung karya edhi sunarso misalnya, ada yang dijual oleh keluarga, 30 ribu singapura dollar atau sekitar Rp 300 juta. Nah yang dimiliki tby ini sangat jarang keluar, harganya mungkin juga hampir sama itu. Baru satu, belum yang lain ya. Nilai ekonominya memang tinggi, jadi seharusnya disimpan dan dirawat dengan baik," papar Mikke Susanto, Kurator Kencan Nonton Wayang di TBY, Jumat (19/05/2023).

Baca Juga:Seniman Asal Bali di Balik Palu Unik KTT ASEAN di Labuan Bajo, Ini Sosoknya

Dicontohkan dosen ISI Yogyakarta tersebut, TBY mempunyai karya RM Djajengasmoro yang merupakan salah satu inisiator Akademi Seni Rupa (Asri) Yogyakarta yang dibuat sekitar tahun 1940-an. Selain itu karya patung milik Edhi Sunarso serta karya Saptoto yang membuat Monumen Serangan Oemoem 1 Maret. Selain itu ada pula karya-karya kelompok SR Jendela yang historis dan nilai ekonomisnya luar biasa.

Namun selama ini karya-karya seni berharga yang diberikan seniman pada TBY tersebut hanya disimpan di ruangan tertutup. Tidak ada perawatan tertentu dilakukan untuk menjaga kelembapan atau kebersihan ruangan.

Karenanya Mikke berharap Pemda DIY sebagai pemilik TBY bisa memiliki perhatian lebih dalam rangka menjaga kelestarian karya-karya seni yang sangat berharga tersebut. Diantaranya melalui museum yang representatif untuk menyimpan karya-karya seni luar biasa dalam perjalanan seni rupa di Yogyakarta. 

"Harapannya sih segera ada museum seperti yang kita cita-citakan bersama, untuk karya-karya ini," tandasnya.

Sementara Kepala TBY, Purwiati, mengaku kesulitan melakukan perawatan karya-karya seni di TBY. Salah satnya dikarenakan kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa merawat koleksi dengan benar. 

Baca Juga:"Ini Dia! Diantar Ratusan Seniman Daftar di KPU Ponorogo untuk Pemilu Mendatang, Partai NasDem Optimis Raih Kursi Mayoritas

"Kami hanya memiliki 20 ASN dan 11 tenaga bantu untuk mengampu berbagai hal termasuk perawatan koleksi seni yang ada. Saat ini kami memang tak mampu untuk perawatan. Kalau secara biaya tidak, karena Danais bisa untuk apa saja, terutama kemajuan kebudayaan, itu bisa. Tapi karena SDM kami kurang maka perlu kerjasama dengan berbagai pihak seperti kampus dan ahli di bidangnya untuk melakukan kerja-kerja seperti ini," tandasnya. 

Untuk itu TBY mencoba menggelar pameran koleksi bertajuk "Kencan Nonton Wayang" pada 24 hingga 31 Mei 2023 mendatang. Berkolaborasi dengan Prodi S1 Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta, TBY menampilkan 60 karya seni rupa yang dibuat oleh seniman lintas jaman sejak tahun 70-an hingga 2000-an.

Pameran ini sebagai upaya menjembatani peran seniman di mata masyarakat, termasuk menaikkan pamor karya seni sebagai benda penting di arena publik. Melalui pameran koleksi yang kedua ini, diharapkan dapat menaikkan citra TBY, Pemda dan masyarakat DIY, hingga Indonesia di pentas atau pasar seni internasional

"Karya-karya penting yang disajikan ini telah sepadan dengan tontonan klasik seperti wayang. gamelan maupun jenis seni tradisi klasik lainnya. Tak salah bila kita harus meyakini bahwa karya- karya seni Indonesia telah dan akan terus menjadi bagian dari seni global," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini