Simfoni Romo Sindhu saat Peresmian Patung Bung Karno di Omah Petroek

Romo Sindhu lantunkan sajak di hadapan Megawati hingga Ganjar Pranowo menyambut peresmian berdirinya patung Bung Karno di Omah Petroek

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 23 Agustus 2023 | 19:26 WIB
Simfoni Romo Sindhu saat Peresmian Patung Bung Karno di Omah Petroek
Peresmian patung Bung Karno di Omah Petroek, Pakem, Wonorejo, Hargobinangun, Sleman, Kabupaten Sleman, DIY, Rabu (23/8/2023). [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

"Sebelum kita manusia ini ada, Gunung Merapi sudah ada bermiliar-miliar tahun lamanya. Maka kalau Gunung Merapi punya gawe dengan erupsinya, kita harus mengalah. Karena kita sesungguhnya hanya dayoh tamu. Bagi kami Gunung Merapi, batu merapi itu lalu mempunyai makna kepurbaan dan keabadian," tutur Romo Sindhu menirukan Mbah Rono kala itu. 

Bak batu Gunung Merapi itu, kini patung Bung Karno itu adalah lambang kepurbaan dan keabadian. Begitu pula Pancasila. 

"Artinya Pancasila ada sebelum bahkan sebelum kita semua ada, juga Pancasila sudah ada bahkan sebelum kita terbentuk secara politik menjadi sebuah negara kesatuan Indonesia," ujarnya.

"Persis seperti dikatakan Bung Karno sendiri, 'aku tidak mengatakan bahwa aku menciptakan Pancasila, apa yang aku kerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri dan aku menemukan lima butir lima mutiara yang indah,' itu," sambung Romo Sindhu. 

Baca Juga:Menilik Kedekatan Megawati dengan Putin: Ternyata Bestie Sejak 2003?

Pancasila dimaknai bukan hanya ideologi, visi atau haluan negara tapi juga perasaan bangsa Indonesia sendiri. Perasaan itu adalah manusiawi. 

Seperti halnya manusia bisa tersinggung sebagaimana perasaan saat dilukai. Demikian pula sebagai bangsa akan tersinggung jika perasaan Pancasila dilukai.

"Maka doktrin apapun, juga doktrin agama tak boleh melukai Pancasila, karena dengan melukainya itu sama saja dengan melukai perasan bangsa. Sebagai perasaan bangsa, Pancasila kiranya juga mengandung pengalaman transendental bangsa. Pengalaman transendental itu tak bisa disempitkan dalam agama karena itu agama juga harus menghargai dan menghormatinya," paparnya.

Perasaan Pancasila itu tak akan habis digali. Cara paling efektif untuk menggali Pancasila adalah lewat ilmu dan kebudayaan.

"Maka tepatlah bila patung bung karno yang sangat mencintai ilmu dan kebudayaan bangsa ini boleh berada di Omah Petroek ini," cetusnya.

Baca Juga:PDIP Soal PKB Buka Opsi Hijrah, Hasto: Komunikasi Politik Terus Dilakukan

Romo Sindhu menuturkan bahwa patung raksasa Bung Karno itu akan bersanding dengan tokoh-tokoh ilmu dan budaya lain. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak