SuaraJogja.id - Pemkab Gunungkidul menggelar apel siaga darurat kekeringan, Rabu (30/8/2023). Pemkab Gunungkidul percaya diri menghadapi kekeringan yang diperkirakan bakal sampai awal tahun 2024 mendatang. Sebab, anggaran droping air tahun 2023 belum dipakai secara keseluruhan.
Bupati Gunungkidul, Sunaryanta untuk menanggulangi bencana kekeringan ini, pihaknya melibatkan berbagai pihak. Hal ini dilakukan guna menjamin pemenuhan kebutuhan air bersih serta kebutuhan air di sektor pertanian maupun peternakan.
"Ke depan, kami terus mendorong peningkatan sekilas komponen masyarakat maupun para pemangku kepentingan lainnya dalam penanggulangan potensi bencana yang dihadapi," ujar dia, Rabu.
Untuk menanggulangi bencana kekeringan ini, Pemkab Gunungkidul melibatkan berbagai pihak guna menjamin pemenuhan kebutuhan air bersih serta kebutuhan air di sektor pertanian maupun peternakan. Selain Polres, pihaknya juga melibatkan Kodim dan Kejaksaan Negeri Gunungkidul.
Baca Juga:Kemarau Panjang Diprediksi Terjadi Hingga Tahun Depan, 25 Kapanewon di DIY Alami Kekeringan
Sunaryanta menyebutkan, kekeringan merupakan bencana yang selalu terulang setiap tahunnya. Oleh karena itu, pihaknya selalu berupaya untuk meningkatkan infrastruktur penyediaan air bersih baik pipanisasi ataupun menambah jaringan Pamsimas serta PDAM.
"Sekarang di tahun 2023 ini kecukupan air di Gunungkidul itu sudah mencapai 89 persen," klaim Bupati.
Oleh karenanya, pemerintah bakal terus melakukan intervensi pembangunan di tahun 2023 ini. Dan di tahun 2023 ini pihaknya memproyeksikan membangun infrastruktur air bersih dengan anggaran sekitar Rp80 miliar lebih sehingga rasio kecukupan air bersih bisa meningkat lebih dari angka sekarang 89 persen.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Purwono mengatakan sampai saat ini dropping air terus dilaksanakan.
Sebanyak 11 Kecamatan Menggunakan Anggaran Belanja Air
Baca Juga:Puncak Musim Kemarau, Petani Gunungkidul Diminta Percepat Olah Lahan Persiapan Musim Tanam I
Dia mengakui untuk dropping air memang menyerap anggaran dari pemerintah. Ada yang dikelola oleh kecamatan dan ada yang dikelola oleh BPBD.
"Setidaknya ada 11 kecamatan yang memiliki anggaran belanja air," ungkapnya.
Menurut Purwono, BPBD Gunungkidul sendiri sudah menyalurkan sebanyak 110 Tanki. Sementara yang dikirim melalui Kapanewon sudah ada 1.196 tangki. Dan kemudian dari donatur pihak swasta ada 32 tangki. Sehingga total sudah ada 1.338 tangki air yang tersalurkan.
Purwono menambahkan hingga akhir Agustus 2023 ini sudah ada 7.402 kepala keluarga yang mendapatkan bantuan air bersih melalui droping air. Mereka berada di 11 Kapanewon, 19 kelurahan, 80 Padukuhan dan 256 RT.
Untuk sementara, kemarau diprediksi terjadi hingga akhir September. Meskipun sudah banyak yang tersalurkan, namun belum menggunakan anggaran Biaya Tak Terduga (BTT) dari pemerintah. Dropping air selama ini masih menggunakan anggaran rutin.
"Kita sudah keluarkan surat darurat kekeringan. Berlaku sampai 30 September 2023. Dan nanti bisa dievaluasi sehingga kemungkinan bisa diperpanjang," tambahnya
Purwono menambahkan, tahun ini sebenarnya anggaran untuk dropping air bersih sudah meningkat 2 kali lipat ketimbang 2022. Di mana tahun 2022 yang lalu, pihaknya hanya menganggarkan untuk 400 tangki air, namun tahun ini mencapai 800 tangki.
Sebenarnya tahun 2022 yang lalu pemerintah menyiapkan anggaran dropping air untuk 700 tangki, namun karena kemarau basah maka tidak semua digunakan. Dari 700 yang disediakan ternyata hanya terpakai 400 tangki.
"Jadi masih sisa sekitar 300 tangki," ungkapnya.
Kontributor : Julianto