Pemilu 2024 Diyakini Lebih Adem, Pakar UGM Sebut Potensi Konflik Tak Sebesar Sebelumnya

Riza sendiri menyebut pilpres 2024 mendatang sangat dimungkinkan berlangsung dua putaran.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 30 Oktober 2023 | 13:52 WIB
Pemilu 2024 Diyakini Lebih Adem, Pakar UGM Sebut Potensi Konflik Tak Sebesar Sebelumnya
Presiden Joko Widodo makan siang bersama tiga bakal capres, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto di ruang makan Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (30/10/2023) [SuaraSulsel.id/Setpres]

SuaraJogja.id - Pakar UGM menilai suasana Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan digelar pada 2024 mendatang bakal berbeda. Termasuk potensi konflik horizontal maupun vertikal yang relatif kecil.

"Kemungkinan polarisasi yang ekstrem hampir tidak ada. Apalagi pada pemilu legislatif, relatif tidak menghasilkan konflik di level grassroot," kata Dosen Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik UGM Riza Noer Arfani, Senin (30/10/2023).

Riza meyakini bahwa polarisasi yang akan terjadi pada pemilu 2024 tidak akan sedahsyat dua masa pemilu sebelumnya. Potensi konflik yang lebih kecil itu pun juga mencakup ranah media digital. 

Berbeda dengan pemilu edisi-edisi sebelumnya, euforia masyarakat terhadap digitalisasi kali ini sudah cukup stabil. Hal itu seiring dengan semakin meningkatnya literasi terhadap teknologi dan media digital.

Baca Juga:Harapan Alissa Wahid di Pemilu 2024, Perangkat Negara Tak Terjerat Conflict of Interest dan Masyarakat Lebih Bijak

Menurutnya sekarang masyarakat sudah lebih bisa memilah informasi yang diperoleh melalui media. Sehingga tidak mudah untuk terpancing dalam informasi tidak benar.

"Orang sudah tidak benar-benar percaya dan mengandalkan media, sehingga potensinya lebih kecil," ucapnya.

Riza sendiri menyebut pilpres 2024 mendatang sangat dimungkinkan berlangsung dua putaran. Hal itu membuat potensi konflik juga semakin lebih kecil sebab fokus pemilih adalah gagasan.  

"Saya cukup yakin itu yang akan terjadi, tidak akan lagi ada fenomena polarisasi yang seperti tahun 2014 maupun 2019," ucapnya.

Senada, Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan UGM Abdul Gaffar Karim menyakini polarisasi pada pemilu 2014 dan 2019 lalu lebih panas. Pasalnya pertarungan dukungan dan polarisasi telah mulai memanas jauh hari sebelum pemilu berlangsung. 

Baca Juga:Antisipasi Caleg Alami Gangguan Jiwa di Pemilu 2024, Dinkes Bekasi Siapkan Fasilitas Khusus

"Sekarang tidak seperti itu, jadi mungkin akan lebih tenang dibandingkan tahun 2014," ucapnya.

Belum lagi menurut Gaffar, komposisi saat ini lebih kepada pasangan calon yang gado-gado atau berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.

"Dengan calon-calon yang gado-gado, nano-nano begitu kayaknya masyarakat nggak bakal deh berantem. Saya menduga begitu (minim konflik), konfliknya paling tidak, tidak sebesar 2014," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak