Monyet Masuk Pemukiman Warga di Sleman, BPPTKG Pastikan Tak Ada Peningkatan Signifikan Aktivitas Gunung Merapi

Status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III berlangsung sejak 5 November 2020.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 07 Mei 2024 | 13:59 WIB
Monyet Masuk Pemukiman Warga di Sleman, BPPTKG Pastikan Tak Ada Peningkatan Signifikan Aktivitas Gunung Merapi
Ilustrasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke di Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta, Jumat (26/3/2021). [ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra]

SuaraJogja.id - Beberapa hari terakhir warga Sleman dihebohkan dengan kemunculan monyet ekor panjang yang turun ke pemukiman warga di lereng Gunung Merapi, DIY. Tidak sedikit kemudian yang berasumsi bahwa hal itu disebabkan oleh aktivitas Gunung Merapi yang meningkat.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Agus Budi Santoso memastikan tidak ada peningkatan signifikan dari aktivitas Gunung Merapi dalam beberapa hari terakhir. Aktivitas gunung berapi itu masih tetap terpantau normal atau dalam taraf wajar.

"Tidak ada gejolak peningkatan aktivitas Gunung Merapi," kata Agus, Selasa (7/5/2024).

Selain itu, Agus menyampaikan bahwa suhu udara di kawasan puncak Gunung Merapi pun tercatat dalam kondisi normal. Berkisar antara 28 derajat celsius pada siang dan 20-14,5 derajat celsius saat malam.

Baca Juga:Monyet Ekor Panjang Bikin Resah di Gunungkidul, Rusak Tanaman hingga Tidur di Pekarangan Rumah Warga

"Kalau suhu udara masih tergolong normal baik untuk malam dan siang harinya. Tidak terlalu terik juga kalau siang hari," ungkapnya.

Agus tidak memungkiti bahwa luncuran material berupa lava masih terus terjadi. Namun baik luncuran yang terjadi di sisi selatan maupun barat daya tidak mencapai wilayah ekosistem monyet ekor panjang.

"Kalau luncuran tidak sampai wilayah ekosistem yang di hutan Merapi. Luncuran tetap ada karena suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," terangnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Akhmadi menduga kemunculan kera-kera itu tidak berkaitan dengan aktivitas Gunung Merapi. Bahkan ia menduga sejumlah monyet itu bukan berasal dari lereng Gunung Merapi.

"Mungkin ini kelompok [monyet] dari luar kawasan [Gunung Merapi]. Dari pengamatan kami memang ada di perengan sungai tapi kalau di Rejodani, Ngaglik ini sangat jauh dari kawasan," ungkap Akhmadi.

Baca Juga:Viral Monyet Masuk Perkampungan Warga, BPBD Sleman Sebut Bukan Sekali Ini Terjadi

Diketahui bahwa status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu.

Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.

Untuk potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini