Pengelolaan sampah yang berupa budidaya maggot di Cokrodingratan belakangan bisa dikembangkan lagi menjadi sarana wisata edukasi. Rumah Maggot Ndalem Sawo dimasukkan sebagai salah satu paket wisata di lingkungan desa wisata Cokrodiningratan.
"Sekarang ini pengelolaan sampah yang dikelola Maggot Ndalem Sawo selain jadi sarana untuk mengelola sampah juga jadi wisata edukasi satu paket perjalanan bagi yang berkunjung berwisata ke desa wisata Cokrodiningratan," imbuhnya.
Satrio menyebut keikutsertaannya di program Sayembara Aksi Jaga Bumi tersebut mulanya sekadar iseng. Ia pun tak menyangka timnya menjadi salah satu yang terpilih sebagai finalis.
"program ini positif sekali karena kami dapat wawasan lebih banyak tentang lingkungan dan pengelolaan sampah. Selain itu kami juga bisa memperluas jejaring dari relasi yang terlibat dalam program tersebut," katanya.
Baca Juga:Kabupaten/Kota Minta Tambahan Kuota, Sekda DIY Sebut Masalah Sampah Tak Rampung
Sementara itu CEO Kitabisa Vikra Ijas menyebut sayembara aksi jaga bumi yang digelar di Jogja merupakan kali ketiga dari sebelumnya ada di Bandung dan Pekanbaru.
Program ini merupakan bagian dari inisiatif berkelanjutan dari Kitabisa untuk meningkatkan eksadarna dan tindakan nyata dalam pengelolaan sampah serta penguatan ekonomi sirkular di masyarakat.
"Tiga kota ini termasuk Jogja merupakan pilot project mengingat di tiga kota ini isu sampah cukup intens belakangan ini dan dampaknya yang besar di masyarakat. Maka kami berupaya untuk menjaring sosok-sosok inspiratif yang mampu menggerakkan lingkungan sekitarnya berdaya memberikan perubahan yang lebih baik," jelasnya.
Disebutkan untuk para finalis yang masuk etape kedua selain mendapatkan penghargaan juga insentif sebesar Rp1,5 juta per bulan selama 6 bulan ingga diberikan perlindungan asuransi jiwa SalingJaga dari Kitabisa.
Baca Juga:Damkarmat Kota Yogyakarta Tangani 49 Kasus Kebakaran Hingga Juni 2024