SuaraJogja.id - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali mengembangkan sebuah produk inovasi. Produk tersebut berupa snack bar berbahan dasar daun kelor.
Produk inovasi dari lima orang mahasiswa UGM yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) itu bertujuan untuk membantu program pemerintah dalam percepatan penurunan stunting.
Kelima orang mahasiswa tersebut adalah Andika Jatra Pratama (FK-KMK), Aurel Novalino, Zahra Faizah (Fakultas Teknik), Ghina Salwa (Fakultas Peternakan), dan Daniel Phangkay (Fakultas Teknologi Pertanian).
Produk berbahan dasar daun kelor itu dibuat dengan tambahan berupa kacang-kacangan, seperti edamame dan kacang tanah yang digunakan sebagai bahan dasar snack bar.
Baca Juga:Kementan Siapkan 1,5 Juta Hektare Lahan Sapi Perah Dukung Susu Gratis
Salah satu mahasiswa, Andika mengatakan ide pembuatan snack bar berbahan dasar daun kelor ini berangkat dari kegiatan pengabdian mahasiswa di Kelurahan Wonodri, Kecamatan Semarang Selatan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Di sana, daun kelor menjadi salah satu komoditas yang jumlahnya banyak. Namun sayangnya mereka melihat masih kurang dapat diolah secara maksimal oleh masyarakat setempat.
"Tim kami kemudian menghadirkan inovasi pembuatan snack bar dari bahan dasar kelor sehingga masyarakat dapat memanfaatkan secara maksimal potensi sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan stunting," kata Andika dalam keterangannya, Sabtu (24/8/2024).
Khususnya bagi ibu hamil, kata Andika, daun kelor bisa mencegah stunting pada bayi. Pasalnya kandungan daun kelor kaya akan nutrisi penting seperti vitamin A, vitamin C, kalsium, protein, dan zat besi.
"Daun kelor memberikan asupan gizi yang diperlukan untuk mendukung perkembangan optimal janin serta mencegah anemia pada ibu hamil," ungkapnya.
Baca Juga:Soroti Potensi Gempa Megathrust di Indonesia, Pakar UGM Tekankan Hal Ini
Dalam pembuatannya, ada sejumlah bahan-bahan yang dibutuhkan. Di antaranya tepung terigu, madu sebagai pemanis, daun kelor, kacang tanah, dan edamame sebagai sumber tambahan gizi dan memberikan tekstur renyah pada makanan.
Kacang tanah dan edamame sendiri mengandung asam folat dan zat besi yang mendukung penguatan janin sehingga dapat mencegah stunting pada bayi yang lahir.
Pembuatan snack bar ini tak hanya dilakukan oleh mahasiswa saja. Melainkan turut menargetkan pelatihan pengolahan daun kelor pada ibu-ibu PKK.
"Menggandeng ibu-ibu PKK sebagai mitra utama, diharapkan program PKM-PM Elsibarkelor ini dapat menjadi salah satu langkah nyata masyarakat dalam upaya menekan angka stunting di wilayah mereka," kata anggota tim PKM lainnya, Jatra.
Tidak hanya mengolah makanan untuk cegah stunting dari daun kelor, warga juga diberikan pelatihan penggunaan aplikasi Elsimil. Sehingga mereka dapat mengoperasikannya secara mandiri.
Pelatihan ini bertujuan untuk mengoptimalisasikan keberadaan aplikasi Elsimil yang diluncurkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Aplikasi ini memiliki tiga fitur utama, yaitu skrining yang mencakup calon pengantin, calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu pasca persalinan, dan keluarga yang memiliki bayi usia 0-59 bulan.
Termasuk beragam edukasi terkait kesehatan reproduksi dan cara menjaga kehamilan, serta konsultasi dengan ahli dari BKKBN.
"Dari awal ada pendampingan karena sebelum menikah itu ada kriteria yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Bahkan, sekarang sudah bekerja sama dengan Kementerian Agama sehingga siapa pun yang mau menikah itu harus mengisi skrining dari aplikasi Elsimil. Jadi, mereka harus dapat sertifikat dulu baru bisa mengajukan pernikahan ke KUA," tutur Novalino.
Program ini diharapkan mampu menekan angka stunting di Kelurahan Wonodri dan mendorong kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan daun kelor. Lebih dari itu dapat membantu mensukseskan program zero stunting yang digalakkan oleh pemerintah dengan memanfaatkan aplikasi elsimil secara optimal.
Sebagai informasi, prevalensi stunting di Indonesia saat ini adalah 21,6 persen. Sementara target yang ingin dicapai adalah 14 persen pada 2024.
Untuk itu, diperlukan upaya bersama untuk mencapai target yang telah ditetapkan, salah satunya dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga.