SuaraJogja.id - Kekinian isu gempa megathrust masih menjadi perbincangan hangat masyarakat. Apalagi melihat potensi bencana yang hampir berdampak ke seluruh wilayah di Indonesia.
Pakar gempa sekaligus dosen Teknik Geologi UGM, Gayatri Indah Marliyani, menuturkan bahwa ancaman gempa megathrust dan tsunami memang selalu ada. Namun masyarakat tidak perlu khawatir secara berlebihan.
"Kita tidak bisa menghindari potensi bencana sehingga usaha untuk menyiapkan diri perlu dilakukan dengan segera. Paham posisi masing-masing terhadap kemungkinan bencana. Jangan menunggu bencana terjadi baru reaktif, tetapi siapkan diri selalu," kata Gayatri, Jumat (23/8/2024).
Terkait kemungkinan lokasi pusat gempa besar tersebut, Gayatri bilang, bakal berada di sekitar batas zona subduksi. Tepatnya berada di antara dua lempeng yakni lempeng benua dan lempeng samudra.
Baca Juga:Lestarikan Tradisi, Pentas Wayang Dies Natalis Fakultas Filsafat Tampilkan Dalang Mahasiswa
Lempeng yang tidak dapat bergerak menimbun energi yang kian besar. Sehingga dilepaskan menjadi gempa yang besar pula hingga berpotensi menjadi tsunami.
Diungkapkan Gayatri, gempa megathrust yang paling besar pernah terjadi di zona subduksi di Valdivia, Chile Selatan, sebesar 9,5 magnitudo. Sedangkan untuk zona subduksi yang aktif di Indonesia meliputi area selatan Pulau Jawa, memanjang dari barat Sumatra ke Selat Sunda, area timur Pulau Jawa, dan selatan Pulau Lombok.
"Potensi megathrust di daerah ini besar karena nilai historisnya, yakni gempa Aceh tahun 2004 dan gempa Pangandaran tahun 2006. Untuk mengetahui di daerah sana ada kemungkinan gempa lagi atau tidak, perlu diukur dari instrumentasi data geologi," ujarnya.
Sementara itu, Peneliti Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM, Galih Aries Swastanto, menilai pemerintah perlu memperhatikan penanggulangan bencana megathrust ini. Mengingat sesuai yang tertuang dalam Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana, menyatakan bahwa penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan wewenang pemerintah.
Menurut Aries penting bagi pemerintah untuk melakukan penanganan baik sebelum, saat dan sesudah bencana. Edukasi kepada masyarakat mengenai pengetahuan kebencanaan dan cara-cara penanggulangannya juga perlu digalakkan.
Baca Juga:Membengkak Rp 90 Triliun, Pakar Energi UGM Sebut Subsidi Pertalite Harus Tepat Sasaran
"Layanan kebencanaan adalah layanan dasar yang harus diutamakan di samping sektor-sektor lain. Ada dan tidak ada anggaran, harus tetap diutamakan dan diusahakan," tandas Aries.
Kendati sudah berjalan cukup baik dengan integrasi peringatan dini dengan berbagai bencana, kata Aries, masyarakat tetap harus bersiap. Mengingat bencana yang dapat datang sewaktu-waktu.