Tak Ingin Demokrasi Diacak-acak, Ratusan Mahasiswa dan Dosen UGM Nyalakan Lilin di Bawah Pohon Pengetahuan

aksi ini sekaligus keprihatinan dari sivitas akademik terhadap kondisi sekarang. Termasuk ancaman perampasan demokrasi yang jelas-jelas dilakukan oleh sekelompok golongan saja

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 26 Agustus 2024 | 20:28 WIB
Tak Ingin Demokrasi Diacak-acak, Ratusan Mahasiswa dan Dosen UGM Nyalakan Lilin di Bawah Pohon Pengetahuan
Aksi menyalakan lilin di pohon pengetahuan di halaman Balairung Gedung Pusat UGM, Senin (26/8/2024) malam. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

SuaraJogja.id - Ratusan mahasiswa beserta dosen lintas fakultas Universitas Gadjah Mada (UGM) berkumpul di bawah pohon bodhi yang berada di halaman Balairung Gedung Pusat UGM, Senin (26/8/2024) malam. Mereka berkumpul menggelar aksi bertajuk 'Seruan Aksi Menyalakan Lilin di Pohon Pengetahuan'. 

Aksi tersebut sebagai respons atas dinamika politik yang terjadi di Indonesia. Aksi ini sekaligus sebagai bagian dari gerakan #UGMmelawan.

"Untuk aksi kita kali ini juga tidak terlepas dari UU pemilu yang mau diacak-acak," kata Koordinator Aksi Monica Ratna Theodora, ditemui, Senin malam.

Monica bilang aksi ini sekaligus keprihatinan dari sivitas akademik terhadap kondisi sekarang. Termasuk ancaman perampasan demokrasi yang jelas-jelas dilakukan oleh sekelompok golongan penguasa.

Baca Juga:Cacar Monyet Bisa Sebabkan Kematian, Begini Kata Pakar UGM

Pemilihan lokasi di bawah pohon bodhi sendiri, kata Monica dianggap sebagai pohon sakral terutama bagi umat Buddha, dimana sang Siddharta Gautama dipercaya mendapatkan pencerahan setelah bertapa di sana.

"Kenapa memilih lilin sebagai penerangan, karena itu sebagai arti untuk penerangan menerangi pohon ilmu pengetahuan yang sudah lama gelap, kita terangi dengan cahaya lilin untuk menerangi semangat kita," tandasnya. 

Sementara itu, Dosen Fakultas Hukum UGM Rikardo Simarmata mengatakan bahwa aksi ini dilandasi pada keresahan yang sama. Dosen dan mahasiswa disatukan oleh penggunaan akal yang sehat melihat situasi demokrasi di Indonesia. 

"Ini dosen dan mahasiswa itu disatukan oleh penggunaan akal yang sehat ya. Jadi dosen dan mahasiswa punya instrumen yang sama akal yang sehat dan menurut takaran akal yang sehat sama-sama nggak beres ini, sudah keterlaluan itu loh," tegas Rikardo.

Baca Juga:Lawan Stunting, Mahasiswa UGM Sulap Daun Kelor Jadi Snack Bar Lezat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini