Diteror Film Horor, Jogja Berlimpah Cuan

Menjamurnya film horor yang menghiasi bioskop tanah air ternyata jadi berkah bagi sektor pariwisata di Jogja. Ekonomi lokal di wilayah Jogja pun turut tumbuh secara positif

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 19 November 2024 | 15:01 WIB
Diteror Film Horor, Jogja Berlimpah Cuan
Ilustrasi film horor. [Suarajogja/Iqbal Asaputro]

"Jadi sejak awal itu (Plunyon) dibuka naik terus sampai 2019, kemudian 2019-2022 awal itu turun karena ada covid. Kemudian 2022 itu naik ditambah ada penayangan film KKN di Desa Penari itu. Kemudian 2023 naik-turun dikit, 2024 naik lagi, itu pun baru sampai September, kalau sampai Desember juga mungkin akan lebih banyak," kata Kepala Seksi Wilayah I Magelang-Sleman Balai TNGM, Sutris Haryanta.

"Analisis memang belum mendalam, tapi mungkin itu (penayangan film) menjadi salah satu faktor naiknya jumlah pengunjung, ya terdampak," imbuhnya.

Disampaikan Sutris, ada pula dampak langsung yang menjadi pemasukan untuk negara dari syuting film di kawasan taman nasional tersebut. Hal itu diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementrian Kehutanan.

Berdasarkan aturan tersebut pengambilan gambar di darat, perairan dan dari udara dalam bentuk film dan foto komersial dikenakan tarif setidaknya Rp20 juta untuk warga negara asing dan Rp10 juta untuk warga negara Indonesia. PP itu kini direvisi dengan PP Nomor 36 tahun 2024.

Baca Juga:Dukung Partisipasi Masyarakat, Layanan Rekam KTP Kota Jogja Tetap Buka saat Pilkada 2024

"Untuk shooting KKN di Desa Penari dan Badarawuhi masih berdasar pada PP 12 tahun 2014. Itu penerimaan negara langsung disetor ke kas negara di bawah kementerian keuangan, menjadi devisa dalam negeri, pemasukan penerimaan negara bukan pajak," terangnya.

Selain dampak kunjungan wisata dan pemasukan negara bukan pajak, kata Sutris, produksi film tersebut juga memberikan dampak langsung kepada masyarakat sekitar. Sehingga perekonomian lokal pun tidak luput dari cipratan cuan film itu.

"Kalau ada masyarakat sekitar yang terlibat dalam kegiatan itu misalkan menyiapkan tempat menjadi guide dan itu bisa bermanfaat. Parkir juga bisa, itu di luar taman nasional, kemudian alat-alat, properti yang mungkin bisa dibantu oleh masyarakat sekitar. Ya memberikan dampak ekonomi warga lokal dan negara," tandasnya.

Memerah Ketakutan, Memanen Cuan

Film horor terus membuktikan diri sebagai salah satu genre yang tidak hanya populer tetapi juga menguntungkan secara ekonomi. Menurut peneliti dan produser film Hikmat Darmawan, genre ini memiliki potensi besar dalam mendukung pertumbuhan industri film Indonesia sekaligus memberikan dampak ekonomi pada masyarakat lokal.

Baca Juga:Jogja Uji Coba Program Makan Siang Gratis, Mahasiswa Perhotelan Siap Diterjunkan ke Sekolah

Hikmat menyoroti bahwa meskipun genre horor sering dipandang sebelah mata akibat stereotipe masyarakat yang 'horor melulu' tapi kenyataannya horor menjadi salah satu tulang punggung industri film di Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak