SuaraJogja.id - Di era digital sekarang, intensitas penggunaan perangkat elektronik seperti smartphone hingga laptop sulit semakin tinggi. Perangkat digital itu seolah sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Namun, penggunaan perangkat digital secara berlebih dapat menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mental. Lantas bagaimana cara mengurangi waktu yang dihabiskan mengakses perangkat digital?.
Psikolog Career and Student Development Center (CSDU), Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Anisa Yuliandri, mengungkapkan digital detox bisa menjadi salah satu alternatif solusi untuk mengurangi dampak negatif akibat penggunaan perangkat digital secara berlebihan.
Lantas apa itu digital detox? Digital detox itu dilakukan dengan menahan diri dari penggunaan perangkat elektronik sebagai upaya untuk mengurangi stres atau fokus pada interaksi sosial di dunia nyata.
Baca Juga:Indonesia Resmi Masuk BRICS, Pakar UGM Beberkan Dampak Terhadap Diplomasi di Kancah Internasional
Disampaikan Anisa, ada beberapa tanda yang dapat dirasakan ketika seorang membutuhkan digital detox. Salah satunya, merasa cemas ketika tidak dapat menemukan gawai.
Selain itu, timbul perasaan tertekan dan terganggu setelah mengakses media sosial. Tanda lain adalah respon terhadap orang lain terhadap diri di media sosial.
Terutama pada jumlah like dan komentar yang kemudian menjadi sangat amat penting. Lalu, muncul perasaan takut tertinggal atau kehilangan informasi jika tidak membuka gawai juga dapat menjadi sinyal seseorang membutuhkan digital detox.
Apalagi kemudian, seseorang itu sering begadang atau bahkan bangun pagi untuk bermain gawai. Sulit berkonsentrasi dalam beraktivitas tanpa terdistraksi membuka gawai juga menjadi tanda yang tak boleh diabaikan.
"Jika mendapati tanda-tanda tersebut perlu untuk mempertimbangkan digital detox," ucap Anisa, dalam keterangannya, Minggu (12/1/2025).
Baca Juga:Prabowo Samakan Sawit dengan Pohon Hutan, Dekan Fakultas Biologi UGM: Menyesatkan Publik
Anisa menjelaskan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memulai digital detox. Hal awal yang dapat dilakukan adalah dengan menentukan target seperti batas screen time atau waktu mengakses gawai, hingga batasan akses aplikasi.
Lalu, untuk menghindari distraksi dengan mematikan notifikasi dari aplikasi yang paling sering menimbulkan distraksi. Untuk mengurangi penggunaan perangkat digital dapat dilakukan dengan mengalihkan fokus ke aktivitas lain seperti menekuni hobi, berolahraga, ataupun berkumpul dengan teman. Selain itu, upayakan menggunakan teknologi secara bijak.
"Lakukan refleksi diri untuk memahami perasaan dan manfaat yang dirasakan dari mengurangi paparan perangkat digital. Refleksi ini penting untuk membantu memahami dampak teknologi terhadap keseharian dan kondisi mental kita," ujarnya.
Anisa tak menampik bahwa menerapkan digital detox bukanlah hal mudah. Namun langkah kecil tersebut dapat menjadi awal yang baik untuk menjauh dari tekanan dunia maya.
Jadi, tak ada salahnya untuk mencoba digital detox sebagai resolusi baru yang berdampak positif bagi kesehatan mental.