SuaraJogja.id - Berbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini semakin tak terbendung. Kebijakan pemerintah yang seringkali tidak pro rakyat bahkan sampai memunculkan ajakan warga Indonesia untuk keluar dari negara ini melalui Tagar Kabur Saja Dulu atau #KaburSajaDulu.
PP Muhammadiyah Bidang Hukum, HAM, dan Hikmah mencoba menyikapi masalah tersebut dari sisi seni dan budaya. Salah satunya mengajak Kaia Kanjeng untuk menyampaikan kritik melalui acara Sinau Bareng Kiai Kanjeng, Daulat Pangan untuk Kemanusiaan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (25/2/2025) malam.
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum, HAM, dan Hikmah, Busyro Muqoddas mengungkapkan selama ini, Muhammadiyah telah aktif melakukan advokasi di berbagai bidang, mulai dari hukum, kesehatan, hingga ekonomi. Selain itu usulan revisi Undang-undang (UU) kepada pengambil kebijakan seperti DPR RI maupun ke pemerintah.
"Kami sering datang ke DPR dan diundang oleh Presiden Jokowi untuk menyampaikan usulan revisi undang-undang. Namun usulan kami tidak digubris," tandasnya.
Baca Juga:Suarakan Tagar Indonesia Gelap, Ribuan Massa Hitamkan Kawasan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer
Namun karena etika jalur politik formal belum cukup efektif, Muhammadiyah memilih pendekatan seni dan budaya untuk menyentuh hati para pemimpin dan masyarakat. Perjuangan politik yang berkeadaban coba terus dilakukan dengan sabar, sopan dan berkonsep.
Sebab Muhammadiyah merupakan gerakan ilmu. Karenanya meski kritik belum berhasil tersampaikan hingga pemerintahan baru ini, Muhammadiyah mencoba melakukan pendekatan kultural.
"Karenanya kami mengundang Kiai Kanjeng yang selama ini konsisten dalam perjuangan untuk bisa menyentuh hati semua pihak, terutama mereka yang diberi amanah di Senayan dan Istana Negara," tandasnya.
Sementara Sabrang Mowo Damar Panuluh atau yang dikenal dengan Neo Letto, putera pendiri studio Kiai Kanjeng, Cak Nun mengungkapkan, Kiai Kanjeng memang dikenal sebagai kelompok kesenian. Namun lebih dari itu sebagai pendamping dari teman mengobrol santai yang serius tentang berbagai permasalahan, termasuk persoalan bangsa yang terjadi saat ini.
"Kita semua sayang Indonesia, tidak melawan pemerintah, kita cinta Indonesia. Tapi Indonesia banyak punya imajinasinya. Yang kita cintai adalah Indonesia imajinasi para pendirinya yang ditulis di konstitusi. Semua rakyatnya makan, tanah air untuk kemanfaatan bersama, itu Indonesia yang kita cinta dan bela. Ketika ada yang melenceng dari cita-cita itu, kita lawan, bukan karena kita benci tapi karena mencintai nenek moyang yang punya cita-cita untuk Indonesia," imbuhnya.
Baca Juga:Spanduk Kritik Pemerintah Hiasi Kampus UGM, Seribu Massa Jogja Bergerak di Aksi Indonesia Gelap
Kontributor : Putu Ayu Palupi