Begitu pula Pemprov Jabar, Banten dan DKI Jakarta yang diharapkan bisa mengkaji ulang larangan study tour sekolah.
"Tidak seperti saat ini 0 persen untuk MICE dan kunjungan kerja," tandasnya.
Secara terpisah, Marketing Communication Manager Royal Malioboro by Aston, Leno Christiannaldo mengungkapkan, memang secara umum terjadi penurunan okupansi hotel hingga 20 persen di Yogyakarta.
Namun pihaknya bersyukur, H+1 hingga H+3 Lebaran, okupansi hotel yang terletak di kawasan Malioboro tersebut bisa mencapai 100 persen.
Baca Juga:Libur Lebaran di Gembira Loka, Target 10 Ribu Pengunjung Sehari, Ini Tips Amannya
"Kalau di tempatku tiga hari ini full [okupansinya]. Besok minggu [akhir libur lebaran] sudah turun lagi," jelasnya.
Leno berharap ada kelonggaran dari pemerintah seperti dulu untuk wisatawan dan korporat untuk perjalanan dinas. Sebab kebanyakan industri perhotelan datang dari pemerintah selain swasta.
"Apalagi Yogyakarta yang sektor ekonominya salah satunya adalah pariwisata dan bisnis. Dan hotel-hotel di jogja adalah faktor pendukung juga untuk penggerak perekonomian tersebut," imbuhnya.
Seperti diketahui, efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah masih terus memberikan dampak.
Saat ini, tingkat reservasi hotel di DIY mengalami penurunan drastis dibandingkan Lebaran tahun lalu.
Baca Juga:Exit Tol Tamanmartani Tidak Lagi untuk Arus Balik, Pengaturan Dikembalikan Seperti Mudik
Okupansi hanya mencapai 5– 20 persen menjelang Lebaran pada periode 26 Maret hingga 1 April 2025. Jumlah ini turun dari okupansi Januari 2025 lalu mencapai sekitar 70 persen dan Februari 2025 sebanyak 40 persen.
Padahal saat ini terdapat 439 hotel di DIY, dengan sekitar 120–130 hotel tergabung dalam PHRI DIY.
Dampak krisis minimnya okupansi dirasakan tidak hanya oleh hotel berbintang, tetapi juga penginapan non-bintang dan homestay.
Kontributor : Putu Ayu Palupi