Baik Sonratho maupun Ardi datang ke misa sore itu bukan karena rutinitas semata. Keduanya membawa kehadiran yang sarat makna.
"Kebetulan memang misa harian dan kebetulan juga ada misa untuk mendoakan Bapa Paus. Sekalian aku pulang kerja langsung ke sini," ujar Ardi.
Senada dengan Sonratho, hari ini terasa lebih dari sekadar rutinitas. Dia yakin hampir seluruh umat Katolik di dunia pasti akan merasakan hal yang sama, kehilangan sosok yang dikagumi.
"Pertama memang saya rutin misa harian. Kebetulan juga tadi saya mendapat berita duka yang luar biasa, jadi saya rasa semua umat Katolik di Indonesia akan mengikuti misa harian pada hari ini. Bahkan seluruh dunia, saya yakin akan berkumpul untuk mendoakan Bapa Fransiskus," ungkapnya.
Baca Juga:Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
Gema doa dan pujian dalam misa sore itu mengalir lembut, bersatu dalam keheningan dan harapan.
Gereja Kotabaru hanyalah fragmen kecil dari duka besar yang kini dirasakan dunia. Umat meyakini Paus Fransiskus tak pernah benar-benar pergi, namun tetap tinggal dalam setiap seruan damai dan cinta kasih.
Serta dalam setiap doa yang dipanjatkan, seperti senja kali ini, dari sudut kecil Kota Yogyakarta, menuju langit Roma untuk melepas kepulangan Paus Fransiskus ke rumah Bapa surga yang baka.
Tak Ada Ibadat Khusus
Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta belum memutuskan apakah akan menggelar ibadat khusus untuk mengenang wafatnya Paus Fransiskus atau tidak. Namun, gereja tetap akan mendoakan mendiang Paus Fransiskus.
Staf Sekretariat Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru, Eka Rahayu, menyebut keputusan tersebut masih menunggu koordinasi dengan Romo dan Dewan Pastoral Paroki.