Baginya, ini bukan panggung ambisi. Ini panggung warisan. Apa yang ia lakukan adalah bagian dari menjaga akar. Bukan soal kehebatan teknik atau stamina, tapi soal menghadirkan inspirasi.
Di tengah pergerakan zaman yang begitu cepat berubah, Rahma memilih tetap di jalur lambat. Menceritakan ulang kisah klasik dengan suara perempuan.
Menjahit satu demi satu masa lalu dengan menyambungnya kepada masa depan lewat setiap tokoh yang ia hidupkan. Dalam sunyi kelir, suara lembutnya tetap lantang membawa pesan bahwa budaya ini milik semua, bukan hanya laki-laki.
Selamat memaknai Hari Kartini!
Baca Juga:Lestarikan Tradisi, Pentas Wayang Dies Natalis Fakultas Filsafat Tampilkan Dalang Mahasiswa