Secara nyata TNI sudah masuk kampus, sudah menjalar ke koridor pendidikan. Bahkan menjadi peserta didik di salah satu kampus.
"TNI sudah masuk kampus, bahkan menjadi peserta didik di UGM. Ini adalah catatan buruk bagi dunia pendidikan. Militer masuk kampus tidak sebagai pengajar, tapi juga mahasiswa yang gak bisa melepaskan atribut militeristiknya. Sehingga itu menjadi semacam keresahan bersama," imbuhnya.
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi momen di mana perbaikan pendidikan di Indonesia semakin maju.
Namun, berkembangnya zaman, pendidikan di Indonesia justru terkesan mundur.
Baca Juga:Gunungkidul 'Sentil' UNY: Lahan Hibah, Mana Kontribusi Nyata untuk Masyarakat?
Bahkan bergantinya pemerintahan, kebijakan yang diterapkan di ranah pendidikan justru gamang. Misal, tak adanya penjurusan IPA dan IPS saat dipegang Nadiem Makarim, saat ini dikembalikan lagi.
Selain itu tidak adanya Ujian Nasional (UN) dianggap tak memberikan solusi agar siswa siap berada di masyarakat. Meski sudah tak menjadi indikator kelulusan, UN oleh sebagian orang masih dianggap relevan jika diterapkan.
Kondisi pendidikan di Indonesia harus terus dibenahi. Hal itu harus selaras juga dengan kualitas pengajar di Indonesia.
Tuntutan guru untuk meraih sertifikasi dan tuntutan lainnya seakan jadi beban tinggi. Pemerintah memang sudah hadir, namun banyaknya target dari guru tak jarang justru mengabaikan murid atau siswa itu sendiri.
Persoalan ini menjadi dinamika yang ada di pendidikan Indonesia. Saat ini seluruh unsur harus bersinergi untuk membenahi pendidikan di Indonesia.
Baca Juga:Sempat Ricuh di DPRD DIY, Massa Jogja Memanggil Akhirnya Dipaksa Mundur
Kontributor : Putu Ayu Palupi