SuaraJogja.id - Ismail Alamsyah tak pernah menyangka hidupnya akan berputar sejauh ini.
Usai melewati masa kelam sebagai mantan narapidana terorisme, lelaki kelahiran Curup, Bengkulu, 17 Februari 1969, itu kini mengabdikan hidupnya untuk keluarga dan warung ayam bakar di Sleman.
Kisah itu berawal dari angan-angannya untuk berjihad ke saat konflik bersenjata di Suriah pada 2014 silam.
"Setelah saya melihat, 'wah ini saya terpanggil untuk berjihad di sana [Suriah]' gitu," kata Ismail saat ditemui di Polda DIY, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:UGM Digugat Rp1.069 Triliun Soal Ijazah Jokowi, Rupiah Bisa Jadi Rp20 Ribu?
Sejak saat itu, dia mulai mencari jalur untuk bisa bergabung ke Suriah. Hingga pada akhirnya dipertemukan dengan sebuah kelompok kecil yang memiliki visi sama dengannya yakni berjihad.
Kelompok itu diketahui adalah Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang merupakan kini diketahui sebagai kelompok radikal.
JAD yang dibentuk sekitar tahun 2015 oleh Aman Abdurrahman itu dikenal sebagai afiliasi dari ISIS di Indonesia. Kelompok tersebut diketahui bertanggung jawab atas sejumlah aksi teror, termasuk pengeboman di Surabaya pada 2018 silam.
"Akhirnya tercantol sama kelompok JAD ini," ucapnya.
Sebelum keberangkatan, Ismail mengikuti berbagai pelatihan fisik dan kajian agama. Sebagai atlet bela diri yang pernah menjuarai PON dan mendapat ranking 4 di kejuaraan dunia, ia diminta melatih anggota kelompok itu.
Baca Juga:Berbah Sleman Akhirnya segera Punya SMA Negeri, Warga Tak Perlu Sekolah ke Kecamatan Lain
Kendati demikian, Ismail mengakui, saat itu tak sepenuhnya paham arah gerakan tersebut usai berbagai kajian itu. Ia hanya merasa tujuannya untuk bergabung jelas yakni berjihad.
"Kita belum tahu, belum paham, yang penting kita mau berangkat saja," tuturnya.
Namun, perjalanan tak semulus rencana. Ia bahkan belum sempat pergi ke Suriah.
Kabar dari sejumlah rekan kelompok yang lebih dulu berangkat sedikit membuatnya berpikir ulang.
Tak sedikit dari mereka mengaku kondisi di medan perang sangat berat. Kisahnya cukup berbeda ketika Ismail bilang bahwa sang istri mengetahui langkahnya sejak awal bergabung kelompok itu.
Dia bahkan sudah berpesan kepada sang istri untuk menjaga anak-anak ketika nantinya ditinggal untuk berjihad.