Komitmen DIY Genjot Industri Cetak, Jogja Printing Expo 2025 Digelar Ciptakan Persaingan Sehat

Secara umum, pelaku usaha percetakan di Indonesia cenderung fleksibel dan adaptif.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 19 Mei 2025 | 21:01 WIB
Komitmen DIY Genjot Industri Cetak, Jogja Printing Expo 2025 Digelar Ciptakan Persaingan Sehat
Jumpa pers terkait Jogja Printing Expo (JPE) 2025 di Jogja Expo Centre (JEC), Senin (19/5/2025).

SuaraJogja.id - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menaruh perhatian serius pada penguatan industri percetakan sebagai bagian dari ekosistem industri kreatif.

Momentum itu diperkuat melalui acara Jogja Printing Expo (JPE) 2025. Acara yang digelar perdana di DIY ini rencananya akan dimulai pada 21–24 Mei 2025 mendatang di Jogja Expo Center (JEC)

"Industri percetakan merupakan industri yang unik karena dapat menjangkau pelosok, terlebih untuk menunjang pembelajaran di sekolah," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Yuna Pancawati, kepada wartawan, Senin (19/5/2025).

Disampaikan Yuna, potensi industri percetakan tidak hanya terbatas pada layanan grafika atau iklan luar ruang. Lebih dari itu menyangkut pula sektor strategis seperti tekstil.

Baca Juga:Amankan Beruang Madu hingga Owa dari Rumah Warga Kulon Progo, BKSDA Peringatkan Ancaman Kepunahan

Ia menyebut bahwa ekspor produk tekstil DIY menjadi kontributor utama industri pengolahan dengan menyumbang 11,8 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY.

Yuna menilai ada peluang bagi industri jasa celak digital untuk tekstil. Apalagi tercatat saat ini ada 978 industri percetakan di DIY yang tersebar di lima kabupaten/kota.

Jumlah tersebut menjadi modal awal untuk membentuk ekosistem kreatif yang berkelanjutan antara pelaku industri lokal dan skala nasional.

Namun demikian, Yuna turut menyoroti tantangan utama sektor ini, yakni peran Indonesia dalam perdagangan internasional yang dinilai masih relatif kecil. Dia menilai pameran seperti Jogja Printing Expo ini dapat menjadi jembatan strategis untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar global.

"Salah satu permasalahan industri percetakan di Indonesia adalah peran Indonesia dalam perdagangan internasional yang relatif masih kecil," ucapnya.

Baca Juga:Berbah Sleman Akhirnya segera Punya SMA Negeri, Warga Tak Perlu Sekolah ke Kecamatan Lain

"Acara ini berpeluang untuk membentuk ekosistem antara industri kreatif dan percetakan yang ada di DIY dan juga nasional," imbuhnya.

Sementara itu, CEO Krista Exhibitions Daud D Salim mengatakan JPE 2025 akan diikuti oleh 27 peserta, termasuk 10 pelaku UMKM dari sektor percetakan.

"Jogja Printing Expo 2025 merupakan momentum penting bagi perkembangan industri percetakan di Yogyakarta. Diikuti oleh 27 peserta, di antaranya 10 UMKM dari industri percetakan," ujar Daud.

Selama empat hari penyelenggaraan, Jogja Printing Expo menargetkan kehadiran hingga 12.000 pengunjung. Pameran ini menjadi platform strategis untuk menampilkan inovasi teknologi terkini sekaligus memperkuat sinergi antar sektor industri.

Jogja Printing Expo 2025 juga dirancang terintegrasi dengan Jogja Food & Beverage Expo, Jogja Pack & Process Expo, dan Jogja All Tea Expo, menciptakan ruang kolaborasi lintas sektor yang diyakini akan memperkuat pertumbuhan industri daerah.

"Kami percaya pameran ini akan mendorong kemajuan industri percetakan nasional serta memperkuat posisi Yogyakarta sebagai pusat inovasi industri kreatif," ungkapnya.

Perkembangan Bisnis Percetakan di Indonesia

Budaya bisnis di sektor percetakan di Indonesia sejauh ini sangat dipengaruhi oleh dinamika pasar, teknologi digital, serta pola konsumsi masyarakat.

Secara umum, pelaku usaha percetakan di Indonesia cenderung fleksibel dan adaptif, terutama pada usaha kecil-menengah (UKM).

Mereka masih banyak yang mengandalkan cara konvensional dalam operasional dan promosi.

Namun, budaya inovasi dan digitalisasi masih belum merata.

Banyak percetakan yang belum melakukan diversifikasi layanan atau investasi pada teknologi digital printing modern.

Jika kembali di 2023 lalu, bisnis percetakan baru memulai pemulihan pasca pandemi Covid-19.

Percetakan banyak yang bergerak untuk event dan UMKM termasuk produk custom seperti packaging dan souvenir.

Masih di tahun yang sama, platform online printing mulai diminati, tetapi masih terbatas pada kota besar.

Beranjak ke 2024, budaya di bisnis cetak mencetak ini akhirnya beralih. Banyak pemilik percetakan yang membuat segmentasi, misalnya bergerak di wedding invitation premium, custom merchandise.

Di tahun ini pelaku usaha yang kecil banyak yang gulung tikar. Mereka justru menjual jasa desain atau digital marketing.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak