SuaraJogja.id - Melayani masyarakat tentu dibarengi dengan sejumlah langkah strategis yang terukur.
Beberapa diklat pun dihelat sejumlah kementerian agar pelayan masyarakat yakni anggota dewan terus berusaha menyejahterakan warganya.
Seperti yang dilakukan Ketua DPD PAN Sleman, Raudi Akmal. Dalam kesempatan beberapa waktu lalu pada 25-28 Mei 2025 pihaknya mengikuti Diklat Bela Negara yang diselenggarakan oleh PAN bersama Kementerian Pertahanan RI.
Diklat ini diikuti ratusan kader PAN dari seluruh Indonesia, termasuk anggota legislatif dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional.
Baca Juga:Pemkab segera Luncurkan Program Pemberdayaan Difabel, Anggota Dewan Sleman Harapkan Hal Ini
Tujuannya adalah untuk memperkuat wawasan kebangsaan, mempererat silaturahmi antarkader, serta memperkuat solidaritas dalam menghadapi tantangan bangsa ke depan.
Raudi Akmal menyatakan bahwa banyak ilmu dan pengalaman yang diperoleh, terutama terkait penerapan nilai-nilai bela negara dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat.
"Kegiatan ini sangat penting karena memperkaya wawasan kebangsaan dan memperkuat semangat dalam melayani masyarakat ke depan," ujar Raudi dikutip Senin (2/6/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Raudi tidak hadir sendiri. Ia didampingi oleh sejumlah anggota DPRD Sleman seperti Abdul Kadir, Erna Ekawati, Bondan Triyana, dan Galuh Saraswati Leksono. Dari tingkat DPRD Provinsi DIY Dapil Sleman, hadir pula Inoki Azmi Purnomo dan Arif Kurniawan.
Raudi menyoroti bahwa dinamika politik, sosial, dan ekonomi baik di tingkat lokal, nasional, hingga global dapat menjadi tantangan serius yang berpotensi mengganggu persatuan bangsa. Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya memperkuat peran legislatif PAN sebagai pelayan rakyat.
Baca Juga:Jerat Hukum Menanti Pengkritik RUU TNI: Pakar Hukum Soroti Ancaman Kriminalisasi Masyarakat Sipil
“Wakil rakyat harus siap menghadapi tantangan, bukan hanya bekerja demi kepentingan pribadi, tetapi demi kemajuan bangsa dan negara,” tambahnya.
Ke depan, Raudi berharap kader PAN, khususnya di Kabupaten Sleman, dapat lebih inovatif dan kolaboratif dalam melaksanakan fungsi legislatif serta merespons isu-isu strategis.
Termasuk dalam mendukung program ketahanan pangan nasional yang saat ini sedang digencarkan pemerintah.
"Program swasembada pangan menjadi langkah taktis pemerintah. Sebagai bagian dari wakil rakyat, kami siap mendukung program ini demi kesejahteraan masyarakat," kata Raudi.
Sementara itu, Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, yang juga menjadi pemateri utama dalam kegiatan ini, menegaskan pentingnya stabilitas pangan sebagai pilar ketahanan nasional.
"Stabilitas pangan bukan hanya tugas pemerintah pusat, tapi tanggung jawab kolektif. Legislator, koperasi, dan masyarakat harus bersinergi agar bangsa ini kokoh," ujar Zulhas.
Ia juga mengajak seluruh kader PAN untuk mendukung penuh program Satgas Koperasi Merah Putih, inisiatif dari Presiden Prabowo Subianto, sebagai upaya memperkuat ekonomi kerakyatan dan distribusi pangan nasional.
"Selamat mengikuti pelatihan bela negara. Semoga kegiatan ini menumbuhkan semangat pengabdian dan cinta tanah air," pungkas Zulkifli Hasan.
Secara umum, pendidikan dan pelatihan (diklat) yang mencakup wawasan kebangsaan dan bela negara bertujuan memperkuat integritas, nasionalisme, dan komitmen pelayanan publik.
Sejauh ini, untuk anggota DPRD maupun kepala daerah, kegiatan semacam ini penting sebagai pembentukan nilai dan panduan moral dalam pengambilan keputusan kebijakan publik.
Beberapa dampak positif yang dapat dicatat:
1. Meningkatkan kesadaran kebangsaan
Diklat mampu memperkuat rasa cinta tanah air, semangat gotong royong, serta komitmen pada konstitusi dan nilai Pancasila.
2. Menumbuhkan sikap kepemimpinan berintegritas
Materi bela negara sering kali menyentuh aspek tanggung jawab, keteladanan, dan etika pelayanan.
3. Mengasah kepekaan sosial
Wawasan kebangsaan membantu anggota dewan memahami keragaman masyarakat dan kebutuhan sosial di lingkungan masing-masing.
Namun, tantangan utamanya adalah pada konsistensi implementasi nilai-nilai itu dalam tugas keseharian.
Jika hanya berhenti pada level seremonial atau formalitas pelatihan, maka dampaknya bisa sangat minim.