Beda dari Tahun Lalu, Ini Alasan Grebeg Besar 2025 Yogyakarta Lebih Tertib dan Berkah

Gunungan dibagikan di Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, Ndalem Mangkubumen, dan Kompleks Kepatihan.

Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 08 Juni 2025 | 10:48 WIB
Beda dari Tahun Lalu, Ini Alasan Grebeg Besar 2025 Yogyakarta Lebih Tertib dan Berkah
Abdi dalem mengusung gunungan dalam Hajad Dalem Grebeg Besar 2025 di Masjid Keraton Yogyakarta, Sabtu (7/6/2025). [Kontributor/Putu]

SuaraJogja.id - Ribuan warga dan wisatawan dari luar kota memadati kawasan Masjid Keraton Yogyakarta atau Masjid Gede Kauman, Sabtu (7/6/2025).

Mereka rela datang sedari pagi untuk bisa ngalab berkah atau mendapatkan berkat dari uba rampe Hajad Dalem Grebeg Besar Tahun Je 1958/2025 dari Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X.

Salah satu warga Kauman, Ida mengaku senang akhirnya bisa mendapatkan uba rampe dari salah satu gunungan yang dibawa abdi dalem dari Keraton.

Padahal tahun-tahun sebelumnya dia jarang mendapatkannya.

Baca Juga:Alun-alun Kidul Ditutup untuk Salat Id? Sultan Angkat Bicara

"Alhamdullilah bisa dapat [uba rampe]. Masalahnya [tahun] kemarin tidak dapat, akhirnya dapat juga," ujarnya.

Bisa dapat uba rampe tahun ini, menurut Ida bukan tanpa sebab.

Alih-alih harus berebut dengan ribuan warga seperti beberapa tahun lalu, kali ini abdi dalem yang mengambilkan uba rampe dan membagikannya pada pengunjung.

Hal itu yang membuat pembagian uba rampe jadi lebih tertib.

Bahkan semakin banyak warga yang bisa mendapatkan jatah uba rampe gunungan yang sudah didoakan itu.

Baca Juga:Gerebek Miras Ilegal di Jogja, Polisi Amankan Puluhan Botol dan Seorang Wanita

"Ini mau saya simpan, ditaruh di depan pintu ya [biar berkah]," paparnya.

Sementara warga Bengkulu yang kini tinggal di Sleman, Deli merasa senang bisa dapat lemper dan sajen dalam garebeg kali ini.

Dia mengaku sengaja melihat garebeg yang jadi tradisi tahunan di Yogyakarta.

"Baru dua kali nonton garebeg, tapi tahun lalu masih rebutan, sekarang langsung dikasih [abdi dalem] jadi aman nggak keinjak-injak [warga lain]," paparnya.

Dia akan memajang uba rampe yang didapatnya dalam garebeg kali ini. Karena bukan asli warga Yogyakarta, dia akan bertanya pada orang-orang bagaimana menyimpan uba rampe yang jadi berkah rakyat dari rajanya tersebut.

"Tahun ini tidak rebutan, minta langsung dikasih," ungkapnya.

Sementara KRT Kusumanegara, Ketua Pelaksana Garebeg Besar 2025 menjelaskan pelaksanaan Garebeg Besar tahun agak berbeda.

Iring-iringan bregada prajurit dan enam gunungan tidak melintas Alun-alun Utara.

"Gunungan yang berada di Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor dibawa oleh Kanca Abang melalui Regol Brajanala-Sitihinggil Lor-Pagelaran-keluar lewat barat Pagelaran menuju Masjid Gedhe," jelasnya.

Gunungan selanjutnya dibagikan di Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, Ndalem Mangkubumen, dan Kompleks Kepatihan.

Terdapat 10 Bregada Prajurit Keraton yang mengawal gunungan yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa.

Bregada Bugis mengawal gunungan hingga Kepatihan. Sementara gunungan untuk Pura Pakualaman dikawal oleh Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir.

Selain itu, pada Garebeg Besar kali ini menampilkan rekonstruksi prajurit putri Langenastra yang menari tayungan menuruni Sitihinggil saat lampah macak. Posisinya berada di belakang barisan
Bregada Mantrijero.

"Tata cara ini mengacu pada pranatan adat lama, seperti masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono VII guna menjaga kesakralan dan kelancaran prosesi," tuturnya.

Prosesi ini juga menjunjung nilai cadhong, yaitu pembagian secara tertib dan tidak dirayah.

Namun lebih menekankan penghormatan terhadap simbol kesejahteraan dan berkah dari raja kepada rakyatnya.

"Pelaksanaan Garebeg Besar kali ini juga tidak bersamaan dengan pelaksanaan Salat Iduladha yang ditetapkan pemerintah pusat," imbuhnya.

Kegiatan budaya Grebeg Besar Jogja ini menjadi kegiatan yang ditunggu masyarakat Jogja.

Diyakini dalam kebudayaan yang sudah mengakar daging, keberkahan bisa didapat dari mengikuti kegiatan ini.

Membawa pulang hasil bumi dari gunungan yang dibuat menjadi alasan warga Jogja untuk mendapatkan keberkahan ke depannya.

Di sisi lain tak hanya menarik warga domestik, wisatawan mancanegara juga tertarik untuk mengikuti kegiatan ini.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak