Perang Iran-Israel Ancam Indonesia, Pakar Perdamaian Minta Prabowo Serukan Gencatan Senjata

Peran Indonesia sebagai negara dengan posisi strategis dan sejarah panjang dalam politik bebas aktif

Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 17 Juni 2025 | 18:37 WIB
Perang Iran-Israel Ancam Indonesia, Pakar Perdamaian Minta Prabowo Serukan Gencatan Senjata
Sebuah gedung di Israel meletup usai mendapat hantaman rudah dari militer Iran. [Suara.com]

Ia menyarankan agar Presiden Prabowo menyampaikan sikap resmi melalui forum internasional seperti ASEAN atau PBB, setidaknya dengan mengimbau semua pihak untuk duduk bersama dan mengupayakan jalan damai.

"Seruan gencatan senjata itu penting, tapi lebih penting lagi adalah membuka ruang dialog damai. Presiden Prabowo bisa memposisikan Indonesia sebagai mediator yang kredibel. Kita punya sejarah panjang sebagai penyeru perdamaian," ungkapnya.

Ia juga mengingatkan eskalasi konflik Timur Tengah sering kali berimbas pada munculnya polarisasi di dalam negeri, baik dari sisi sosial-politik maupun ekonomi.

Kampanye boikot produk, misalnya, kerap kali berdampak pada pelaku usaha lokal dan pemutusan hubungan kerja.

Baca Juga:Konflik India-Pakistan sempat Memanas, AirNav Pastikan Tak Ada Pengaruh di Langit Indonesia

Selain dampak ekonomi, konflik juga menimbulkan ancaman terhadap stabilitas sosial. Apalagi jika narasi-narasi kebencian tidak dikelola dengan baik.

"Ketika masyarakat menanggapi konflik dengan reaksi emosional seperti boikot masif terhadap produk tertentu, yang terdampak justru tenaga kerja di dalam negeri. Ini efek domino yang seharusnya bisa diantisipasi lewat kepemimpinan diplomatik," ujarnya.

Karena itu, PSPP juga mendorong peran aktif banyak pihak dalam menyebarkan perspektif damai.

Saat ini kesempatan Indonesia untuk tampil sebagai kekuatan moral dan diplomatik sangat terbuka, apalagi di era kepemimpinan baru.

"Kita berharap Presiden Prabowo menggunakan momen ini untuk menunjukkan kepemimpinan global, bukan dengan kekuatan militer, tapi dengan suara damai yang mampu menjembatani perbedaan. Dunia membutuhkan lebih banyak pemimpin yang berani bicara damai, bukan justru menambah bara," ungkapnya.

Baca Juga:Sejumlah Kelompok Pemuda Terlibat Perang Sarung di Ngemplak Sleman, Polisi Turun Tangan

Sementara Kepala Center of Immersive Technology and Creative Innovation (Citaci) UKDW, Antonius Rachmat mengungkapkan peran teknologi dalam menciptakan perdamaian dunia kian mendapat perhatian, salah satunya melalui pengembangan metaverse dan simulasi game berbasis virtual reality (VR).

Teknologi simulatif kini mulai diarahkan untuk memetakan dan menyelesaikan konflik secara imersif, sekaligus membentuk kesadaran kolektif tentang pentingnya dialog dan empati antar bangsa.

"Dalam bentuk game simulasi, misalnya, pengguna bisa bertanya: ‘Kalau saya dalam situasi seperti ini, saya harus bagaimana?’ Simulasi ini bisa menjadi ruang aman untuk memahami konflik tanpa kekerasan," paparnya.

Saat ini, teknologi VR dipilih karena kemudahannya. Namun, visi jangka panjang dari proyek ini jauh lebih ambisius yakni menciptakan simulasi yang mampu menangkap kompleksitas emosi, budaya, hingga dinamika geopolitik melalui metafora digital, bagian dari ekosistem metaverse yang lebih luas.

"Harapannya bukan hanya VR, tapi bisa sampai ke level metafora. Tapi untuk itu, kita butuh ekosistem yang kuat. Sekarang kami bekerja sama dengan Mango, platform dari Thailand, untuk membangun itu," jelasnya.

Melalui kolaborasi dengan Mango, pengembang Indonesia tengah menyusun sistem simulasi yang memungkinkan pengguna dari berbagai belahan dunia untuk “masuk” ke dalam narasi konflik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak