SuaraJogja.id - Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY, GKR Bendara, menegaskan bahwa arah promosi pariwisata Yogyakarta kini bergeser.
Bukan lagi hanya berfokus pada kuantitas melainkan lebih menekankan pada kualitas kunjungan ketimbang kuantitas.
Targetnya, wisatawan yang jumlahnya tak terlalu besar itu diharapkan dapat lebih lama tinggal dan membelanjakan uangnya lebih banyak di kota gudeg.
"Itu termasuk salah satu hal yang kami pikirkan juga. Jadi bagaimana bisa wisatawan itu datang, mungkin jumlahnya lebih sedikit tetapi length of stay-nya lebih panjang dengan spending-nya juga lebih besar. Itu yang menjadi prioritas kita," kata GKR Bendara saat ditemui dalam Forum Pentahelix 2025 di Gedung Keuangan Negara, Kota Yogyakarta, Senin (25/8/2025).
Baca Juga:Bantah Adanya Korban Meninggal, Polisi Ungkap Kronologi Kericuhan Suporter PSIM vs Persib di Jogja
Menurut GKR Bendara, langkah ini diambil sebab sektor pariwisata massal tak jarang membawa dampak negatif. Apalagi jika jumlah pengunjung terlalu besar.
Oleh sebab itu, kata GKR Bendara, arah kebijakan baru justru ditekankan pada dampak positif yang lebih berkelanjutan bagi masyarakat lokal.
"Karena beberapa hal yang kita sudah lihat, pariwisata dampaknya negatif kalau itu jumlahnya sangat banyak. Sehingga kami berfokus kepada yang kuantitinya mungkin tidak besar tetapi dampak positifnya harusnya lebih besar," ungkapnya.
Saat ini, BPPD DIY tengah merumuskan berbagai strategi dan program promosi khususnya untuk dukungan anggaran 2026.
"Tentunya kami sedang mencoba untuk mencari cara dengan adanya anggaran yang di tahun 2026 untuk bagaimana mendapatkan cara yang lebih efektif, efisien dan juga sesuai dengan target memenuhi hal itu," ucapnya.
Baca Juga:Lubang Menganga di Sleman, Karst Gunungkidul Terancam: Yogyakarta Kalah Lawan Tambang Ilegal?
Dari sisi pasar, DIY masih tetap mengincar wisatawan dari kawasan Asia Tenggara.
Menurut GKR Bendara, kawasan ini dinilai masih lebih aman, stabil, dan potensial dengan jarak tempuh yang lebih dekat.
"Masih tetap sama dengan beberapa negara yang punya connecting flight ke Indonesia tentunya dan juga memang radius yang dekat ASEAN, Southeast Asia dan seperti itu yang memang menjadi focal pointnya," paparnya.
BOB Siapkan Strategi
Senada, Direktur Utama Badan Otorita Borobudur (BOB) Agustin Peranginangin menyebut pemerintah pusat juga menyiapkan lima program utama pariwisata untuk 2025–2026.
Mulai dari gerakan kebersihan destinasi, pengembangan desa wisata, hingga promosi pariwisata berbasis budaya, wellness, dan gastronomi.
Ia menekankan pariwisata tidak mungkin berdiri sendiri karena melibatkan banyak sektor.
"Yogyakarta salah satu yang diharapkan akan menjadi pusat wellness dan gastronomi untuk ke depan. Mudah-mudahan ini bisa berjalan dengan baik. Tentu pariwisata ini muara dari berbagai sektor yang mendukung," ujar Angin.
Oleh sebab itu, menurutnya penting untuk senantiasa menghadirkan forum pentahelix secara rutin digelar di Yogyakarta.
Hal itu bertujuan untuk mempertemukan pemerintah, industri, akademisi, komunitas, dan elemen masyarakat lain.
Ia berharap strategi kolaboratif ini mampu menjaga Jogja sebagai destinasi unggulan, dengan pariwisata yang lebih ramah lingkungan, berdaya saing, sekaligus menguntungkan masyarakat.
"Yogyakarta masih menjadi prioritas pemerintah untuk mendorong pariwisata nasional," ujar dia.