Jogja 'Sumuk' Parah, BMKG Ungkap Biang Kerok Cuaca Panas Ekstrem

Warga Yogyakarta keluhkan cuaca panas beberapa hari terakhir. Suhu tertinggi capai 34,4C (13 Okt). Kondisi ini diprediksi berlanjut hingga Oktober.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 15 Oktober 2025 | 20:05 WIB
Jogja 'Sumuk' Parah, BMKG Ungkap Biang Kerok Cuaca Panas Ekstrem
Ilustrasi Cuaca Panas di Jogja. (freepik)
Baca 10 detik
  • Kondisi panas saat malam hari dikeluhkan warga Jogja saat ini
  • Stasiun Klimatologi DIY menjelaskan adanya tiupan angin dari tenggara Pulau Jawa
  • Kondisi panas ini diprediksi terjadi hingga akhir Oktober

SuaraJogja.id - Masyarakat Yogyakarta mengeluh soal kondisi cuaca yang panas atau gerah dalam beberapa hari terakhir.

Tak hanya terik di siang hari saja tapi kadang hingga malam hari.

"Sumuk banget beberapa hari ini, siang panas banget, malam pun masih terasa sumuk," kata seorang warga, Andin, Rabu (15/10/2025).

Beberapa kali memang sempat turun hujan di sore hingga malam, tapi suasana pun tetap terasa panas atau gerah.

Baca Juga:UMP DIY 2026: Buruh Nuntut Rp3,7 Juta, Realistiskah?

"Ya sempat hujan tapi gak lama sumuk lagi," ucapnya.

Mengenai kondisi ini, Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reni Kraningtyas, mencatat bahwa dalam 10 hari terakhir, suhu terpanas terjadi pada tanggal 13 Oktober 2025 kemarin.

"Suhu terpanas 10 hari terakhir 13 Oktober 2025, [suhunya] 34.4 derajat celcius," kata Reni dikonfirmasi.

Sebelum itu, suhu panas maksimum mencapai 33,6 derajat celcius sempat terjadi pada 6 Oktober 2025.

Kemudian pada 12 Oktober 2025 mencapai suhu maksimum 33,5 derajat celcius.

Baca Juga:Skandal Keracunan Makan Bergizi Gratis Terkuak! Wamendiktisaintek: Kampus Harus Turun Tangan

Reni mengungkapkan sejumlah penyebab suhu udara yang cukup panas di Yogyakarta belakangan ini.

Melalui pantauan terhadap streamline angin udara atas yang bertiup di atas Pulau Jawa cenderung dari tenggara.

Tiupan angin itu bersifat cenderung kering atau kelembapan udara rendah. Selain itu, tak ada awan pada siang membuat sinar matahari memancar langsung dengan tidak terhalangi.

"Posisi matahari bulan September relatif dekat di atas Pulau Jawa. Sehingga intensitas matahari relatif tinggi atau titik kulminasi," ungkapnya.

Belum lagi kondisi cenderung berawan pada sore malam hari tetapi tidak hujan atau hanya hujan ringan.

Kondisi tersebut menyebabkan pana panas yang dilepaskan oleh bumi ke atmosfer tertahan oleh awan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak