Keterbatasan Bukan Halangan! Ilmuwan UGM Buktikan Bisa Mendunia dengan Inovasi Berkelanjutan

Eka Noviana, ilmuwan UGM, kembali masuk daftar "Worlds Top 2% Scientist" berkat riset deteksi berbasis kertasnya.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 14 Oktober 2025 | 21:00 WIB
Keterbatasan Bukan Halangan! Ilmuwan UGM Buktikan Bisa Mendunia dengan Inovasi Berkelanjutan
Eka Noviana, Dosen Farmasi UGM yang Masuk Daftar Top 2 persen Ilmuwan Berpengaruh Dunia. (dok.Istimewa)
Baca 10 detik
  • Ilmuwan UGM kembali menunjukkan perannya di bidang Sains dunia
  • Eka Noviana berhasil mendeteksi bahan berbahaya dari sebuah kertas
  • Riset yang ia kerjakan bukan hanya tentang kemudahan penggunaan, tetapi juga tentang keberlanjutan

SuaraJogja.id - Tak pernah terbayangkan oleh Eka Noviana mendapati bahwa namanya tercatat kembali dalam World’s Top 2 Percent Scientist 2025.

Daftar itu memuat ilmuwan paling berpengaruh dunia versi Stanford University yang dirilis pada September lalu.

Perjalanan riset Eka dimulai jauh sebelum ia kembali ke Indonesia. Lebih tepatnya saat menempuh studi doktoral di Colorado State University, Amerika Serikat.

Kala itu Eka meneliti bidang analitik dan mengembangkan metode deteksi berbasis kertas atau paper-based analytical device.

Baca Juga:Teknologi Kertas Ajaib? BRIN Garap Test Kit Makanan Basi untuk Makan Bergizi Gratis

"Penelitian kami tentang metode deteksi menggunakan kit kertas itu mendapat banyak sitasi. Dari situ, kami akhirnya bisa masuk dalam daftar Top 2 persen Scientist," kata Eka dikutip, Selasa (14/10/2025).

Hasil inovasi yang tampak sederhana itu kini menjadi fondasi penelitiannya di UGM.

Melalui laboratorium Fakultas Farmasi UGM, Eka mengembangkan metode serupa untuk mendeteksi berbagai bahan berbahaya.

Mulai dari boraks, pewarna tekstil terlarang, hingga kadar obat dalam darah.

Teknologi ini dapat digunakan langsung di lapangan tanpa perlu alat besar atau sumber listrik.

Baca Juga:Ganjar dan Enam Dosen UGM Masuk Daftar 2 Persen Ilmuwan Berpengaruh di Dunia

"Cukup satu tetes sampel, lalu kita deteksi dan bisa tahu hasilnya," ucapnya.

Bagi Eka, riset ini bukan hanya tentang kemudahan penggunaan, tetapi juga tentang keberlanjutan.

Metode berbasis kertas tersebut menghasilkan limbah kimia dalam jumlah sangat kecil dan materialnya mudah terurai.

Meski sudah diakui secara global, Eka menyadari riset di Indonesia punya tantangan tersendiri.

Terutama dalam hal pendanaan dan fasilitas penelitian.

Alih-alih pasrah dengan keadaan, ia melihat keterbatasan itu sebagai pemicu kreativitas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak