Kasus Temuan Pangan Mengandung Bahan Berbahaya Menurun, BBPOM DIY Tetap Minta Konsumen Waspada

Pihaknya tidak merinci secara detail angka penurunan temuan bahan-bahan pangan dengan kandungan berbahaya itu.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 18 Januari 2023 | 17:11 WIB
Kasus Temuan Pangan Mengandung Bahan Berbahaya Menurun, BBPOM DIY Tetap Minta Konsumen Waspada
Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) DIY, Trikoranti Mustikawati. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

SuaraJogja.id - Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) DIY, Trikoranti Mustikawati menyatakan terdapat penurunan temuan terkait dengan bahan pangan mengandung bahan berbahaya di wilayahnya sepanjang tahun 2022 kemarin. Meski begitu masyarakat tetap diminta waspada untuk memilih bahan pangan yang akan dibeli di pasaran.

"Kalau untuk (temuan bahan pangan mengan bahan berbahaya) 2022 terjadi penurunan. Salah satu contohnya Pasar Prawirotaman yang kita ajukan menjadi usulan ke pusat jadi pasar aman bebas bahan berbahaya," ujar Trikoranti kepada awak media, Rabu (18/1/2023). 


Pihaknya tidak merinci secara detail angka penurunan temuan bahan-bahan pangan dengan kandungan berbahaya itu. Namun sejauh ini, kata Trikoranti, bahan berbahaya seperti boraks dan formalin yang masih ditemukan paling banyak di bahan-bahan makanan.


"Ya paling banyak sampai saat ini boraks dan juga formalin seperti ikan teri," ungkapnya.

Baca Juga:Di Depan Kepala Daerah Seluruh Indonesia, Sri Mulyani: Anggaran Ketahanan Pangan Tahun 2023 Rp104 Triliun


Ia memastikan pengawasan dan pembinaan senantiasa dilakukan agar peredaran itu tidak terus berulang. Termasuk dengan melatih para pedagang pasar untuk tetap hati-hati dalam memilih produk-produk yang dijual.


Pihaknya bekerja sama dengan dinas terkait untuk lebih mengupayakan hal tersebut. Salah satu caranya dengan menyediakan pojok tes kit yang berguna untuk menguji bahan-bahan pangan itu secara cepat dan tepat.


"(Di Pasar Prawirotaman) sebelumnya masih ada produk-produk yang menggunakan bahan berbahaya, tetapi kita lakukan pembinaan, baik terkait pelaku usaha pedagang. Mereka mendapat produk dari mana dan mereka kita latih dengan fasilitator UPT pasar dan mereka bisa menguji sendiri dengan tes kit," terangnya.


Langkah-langkah itu dilakukan sebagai bentuk perlindungan kepada konsumen. Sehingga nantinya produk-produk yang dijual di pasar itu bebas dari bahan berbahaya. 


"Terakhir memang tidak ditemukan lagi. Ini berkat kerja sama pemerintah, pelaku usaha dan konsumen pastinya. Konsumen perlu waspada hati-hati memilih produk, tidak hanya warna ngejreng tapi memastikan produk yang dikonsumsi itu aman," ujarnya.

Baca Juga:Harga Komoditas Pangan Stabil, Inflasi Jateng Terus Alami Penurunan


Pengawasan tersebut tidak hanya dilakukan pada satu tempat saja. Melainkan hampir di seluruh daerah di DIY dilakukan pengambilan sampling untuk memastikan ada tidaknya kandungan berbahaya tersebut.


"Jadi suatu produk pangan olahan itu setelah mendapat izin edar kita melakukan pengawasan post market. Kita melakukan sampling untuk dilakukan uji, ini untuk membuktikan bahwa produsen telah menerapkan cara produksi yang baik dan benar," tuturnya.


Tak hanya di pasar saja, disampaikan Trikoranti, BBPOM juga melakukan pengawasan kepada jajanan sekolah. Melalui kerja sama denhan Dinas Pendidikan di masing-masing wilayah. 


"Ada sekolah yang punya kantin itu lebih mudah untuk pembinaan, yang perlu ekstra kerja sama dnegan lintas sektor, untuk pedagang yang di luar sekolah, pedagang keliling, dengan pihak sekolah. Tidak menutup mereka berjualan, tapi pedagang ini bisa menerapkan pangan yang aman," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini