- Beras MBG diharapkan dipilih tidak hanya mengenyangkan anak
- Ahli gizi UGM menyarankan penggunaan beras yang bisa menambah nutrisi siswa
- Jogja terus berupaya dalam menekan kasus stunting
SuaraJogja.id - Isu kualitas bahan makanan yang jelek akibat korupsi dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah menguat seiring maraknya sejumkah kasus keracunan massal siswa di sejumlah daerah.
Selain higienitas, kualitas gizi yang terkandung di dalam bahan pangan, termasuk beras yang disajikan bagi para pelajar penerima program tersebut juga dipertanyakan.
Padahal kualitas beras yang disajikan untuk MBG harus berkualitas.
Salah satunya untuk mencegah stunting para pelajar yang dalam masa pertumbuhan.
Baca Juga:Yogyakarta Berhasil Tekan Stunting Drastis, Rahasianya Ada di Pencegahan Dini
"Kalau kita bicara pangan bergizi, maka kualitas beras menjadi hal yang sangat penting. Jangan hanya melihat beras sebagai sumber karbohidrat, tetapi juga sebagai sumber protein dan mikronutrien yang bisa membantu mencegah stunting," papar Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Taryono dalam Rembug Sesarengan Ketahanan Pangan, Rabu (29/10/2025).
Menurut penemu varietas beras Gamagora 7 tersebut, pemerintah perlu memperhatikan tidak hanya kuantitas, tetapi juga kualitas gizi beras yang disalurkan melalui program MBG.
Sebagai bahan pangan pokok MBG, kualitas beras yang disajikan mestinya tidak asal-asalan.
Beras yang diberikan seharusnya masuk kategori premium bergizi.
Dengan demikian manfaatnya bukan hanya membuat anak kenyang.
Baca Juga:Siswa di Tiga Sekolah Sleman Dibawa ke Puskesmas usai Diduga Keracunan MBG, Satu Dirujuk ke RSA UGM
"Tapi juga membantu tumbuh kembang anak secara optimal," ungkapnya.
Karenanya seiring makin tingginya kebutuhan stok beras untuk MBG, termasuk di Yogyakarta, Taryono menilai pemerintah bisa menjadikan Gamagora 7 dan varietas unggul sejenis sebagai bahan baku untuk program MBG.
Dengan begitu, bantuan pangan tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga berkontribusi langsung terhadap penurunan angka stunting di Indonesia.
Apalagi di Indonesia, angka prevalensi stunting masih cukup tinggi.
Angka prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 adalah 19,8 persen.
Sedangkan di Yogyakarta, angka prevalensi stunting di DIY pada tahun 2024 adalah 17,4 persen.