Sisi Kelam Kota Pelajar: Sleman Jadi 'Sarang' Narkoba, Mahasiswa Incaran Jaringan Via Instagram

Sleman, DIY, jadi pusat narkoba pelajar. 80% transaksi lewat medsos. DIY peringkat 5 nasional prevalensi narkoba. BNNP gencar lawan via Desa Bersinar & P4GN.

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 14 November 2025 | 14:23 WIB
Sisi Kelam Kota Pelajar: Sleman Jadi 'Sarang' Narkoba, Mahasiswa Incaran Jaringan Via Instagram
Ilustrasi narkoba di Sleman. (Colin Davis/Unsplash)
Baca 10 detik
  • BNNP DIY menetapkan Kabupaten Sleman sebagai pusat kerawanan narkoba tertinggi karena banyaknya kampus dan indekos yang menjadi target peredaran.
  • Sebanyak 80 persen transaksi narkoba di wilayah tersebut kini memanfaatkan media sosial, khususnya Instagram, untuk pengiriman lintas pulau.
  • DIY berada di peringkat kelima nasional dengan prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 2,3 persen, didominasi usia produktif pelajar/mahasiswa.

SuaraJogja.id - Di balik citranya yang damai sebagai jantung pendidikan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyimpan sisi kelam yang mengkhawatirkan.

Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DIY secara tegas menyorot Kabupaten Sleman sebagai 'sarang' atau pusat kerawanan penyalahgunaan narkoba, merusak status 'Kota Pelajar' yang selama ini melekat.

Ironisnya, faktor utama yang menjadikan Sleman zona merah justru adalah denyut nadi pendidikannya.

Keberadaan puluhan kampus dan ribuan indekos yang menampung mahasiswa dari seluruh Indonesia menjadi ladang subur bagi para pengedar untuk menyebarkan racunnya.

Baca Juga:Korban Jiwa Kecelakaan Kereta di Prambanan Bertambah, Bayi Meninggal Setelah Dirawat Intensif

Penyidik Madya BNNP DIY, Kombes Pol. Ventie Bernard Musak, membenarkan temuan mengkhawatirkan ini.

Menurutnya, pemetaan BNNP menempatkan Sleman di urutan pertama, jauh mengungguli Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta dalam hal kerawanan narkotika.

"Kalau untuk saat ini, memang DIY itu kan yang paling tinggi memang Sleman," ujar Ventie dikutip dari ANTARA di Yogyakarta, Jumat (14/11/2025).

Jaringan peredaran gelap ini tidak lagi bergerak konvensional. Era digital telah dimanfaatkan sepenuhnya, mengubah cara narkoba berpindah tangan.

Bernard mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa sekitar 80 persen transaksi narkoba yang mereka tangani kini terjadi melalui media sosial, dengan Instagram menjadi platform utama.

Baca Juga:Pasangan Muda Semarang Buang Bayi di Prambanan: Alasan Panik dan Tutupi Aib

Melalui akun-akun tersembunyi, para mahasiswa dengan mudah memesan narkotika lintas pulau. Pola ini membuat pelacakan menjadi lebih sulit, karena barang dikirim dalam jumlah kecil untuk konsumsi pribadi, sering kali dengan dalih 'coba-coba'.

"Kemarin anak-anak muda yang diamankan itu memesan ganja dari Papua. Ada juga ganja dari Sumatra. Mereka biasanya sudah punya komunitas pengguna tersendiri," beber Bernard.

Jenis narkoba yang beredar pun beragam. Ganja dan sabu masih menjadi primadona di kalangan mahasiswa.

Namun, ancaman juga datang dari psikotropika lokal yang lebih murah seperti pil sapi dan Yarindo (pil koplo), serta penyalahgunaan obat resep macam Reklona, Alprazolam, dan Tramadol yang didapat secara ilegal.

"Di sini ada beberapa penyalahguna yang menggunakan psikotropika yang lokalan," tambah Bernard.

Skala masalah ini tercermin dalam data nasional. DIY kini menduduki peringkat kelima sebagai provinsi dengan prevalensi penyalahgunaan narkoba tertinggi di Indonesia, mencapai 2,3 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak