SuaraJogja.id - Perhelatan seni kontemporer akbar, ARTJOG, bersiap memulai babak baru yang lebih segar dan menantang.
Memasuki edisi ke-19, ARTJOG 2026 secara resmi mengumumkan payung tema besar untuk tiga tahun ke depan, ‘Ars Longa’ yang berarti ‘Seni itu Panjang’, dengan sub-tema pembuka ‘Generatio’ untuk perhelatan tahun depan.
Diselenggarakan pada 19 Juni hingga 30 Agustus 2026 di Jogja National Museum (JNM), Yogyakarta, edisi kali ini terasa istimewa dengan diperkenalkannya Farah Wardani sebagai kurator tamu.
Sosok sejarawan seni ini akan membawa visi baru yang berfokus pada dialog antar generasi, sebuah gagasan yang dianggap krusial menjelang dua dekade perjalanan ARTJOG.
Baca Juga:Dari Dapur Rumah Jadi Juara Startup: Kisah Keluarga di Jogja Bangun Ekosistem Makan Sehat Bayi
CEO ARTJOG, Heri Pemad, menegaskan bahwa tema ini bukan sekadar slogan, melainkan sebuah pemantik untuk memprovokasi lahirnya karya-karya baru yang berani dan relevan.
Ia menantang para seniman untuk keluar dari zona nyaman dan memberikan perspektif segar bagi kancah seni rupa Indonesia.
“Ada apa yang baru dan perubahan apa yang bisa diberikan oleh ARTJOG, dalam membuat programnya dan mengemasnya. Kami juga menantang teman-teman seniman untuk memberikan hal baru bagi ARTJOG, sehingga seni tidak begitu-begitu saja dan bisa memberikan makna lain bagi peristiwa seni di Indonesia,” ungkap Heri Pemad saat sosialisasi tema di Pendopo Ajiyasa, JNM, Senin (10/11/2025).
Dari Dialogus hingga Praktik Seniman Pop Surealis
Di bawah arahan kuratorial Farah Wardani, ‘Generatio’ akan mendorong reimajinasi seni yang melampaui pengkotakan hierarkis antar generasi.
Gagasan ini akan diwujudkan dalam dua ruang utama, yaitu ‘Dialogus’ yang fokus pada karya kolaboratif antar generasi, dan ‘Prctica’ yang menampilkan karya individu seniman muda.
“Tema ini membahas makna seni bagi generasi baru serta dialog antar generasi di antara para perupa. Generatio mendorong berbagai ‘reimajinasi seni’ dengan pendekatan dialogis, interdispliner, lintas generasi, serta respon artistik yang melampaui wacana dan representasi generasional yang sloganistis, pengkotakan secara hierarkis,” jelas Farah.
Sebagai penanda babak baru ini, ARTJOG 19 telah menunjuk seniman muda yang tengah naik daun, Roby Dwi Antono, sebagai Commissioned Artist.
Seniman asal Semarang yang kini berbasis di Yogyakarta ini dikenal dengan gaya surealisme pop, figurativisme, dan hiperrealisme yang khas, menciptakan narasi puitik yang unik dalam setiap karyanya.
Gebrakan ARTJOG juga didukung oleh pandangan akademis dari Dave Lumenta, Antropolog dari Universitas Indonesia.
Ia menyoroti pergeseran praktik seni dari sekadar mengejar validasi institusional menuju kontribusi nyata bagi masyarakat.