- Dinkes Yogyakarta mencatat 1.161 kasus TBC hingga November 2025, didominasi warga luar wilayah tersebut.
- Tingkat kesembuhan TBC di Yogyakarta masih di bawah target nasional 90 persen, berpotensi penularan berkelanjutan.
- Pencegahan penularan melibatkan investigasi kontak, sementara risiko infeksi dipengaruhi gizi, gaya hidup, dan ventilasi hunian.
"Rumah tidak layak huni sangat berisiko. Kuman TBC menyukai tempat lembab dan gelap," imbuhnya.
Adapun pencegahan melalui vaksin BCG yang diberikan pada bayi sebelum usia 1 bulan, merupakan vaksin untuk mencegah TBC berat. Meski cakupannya di Kota Yogyakarta sudah baik, efektivitasnya hanya 60–70 persen.
Angka itu lebih rendah dibanding vaksin lain seperti DPT yang bisa mencapai 98–99 persen.
"BCG bukan mencegah penularan, tapi mencegah TBC berat. Banyak masyarakat salah persepsi," ujarnya.
Baca Juga:Malaysia Healthcare Expo 2025 Berlangsung di Yogyakarta, Hadirkan 14 Rumah Sakit Terkemuka
Salah satu penyebab meningkatnya TBC resisten obat (TB RO) adalah kebiasaan pasien berhenti minum obat sebelum pengobatan selesai.
Padahal, kata Endang, pengobatan TBC membutuhkan waktu minimal enam bulan dan harus dilakukan setiap hari tanpa putus.
"Banyak yang merasa sehat lalu berhenti minum obat. Ada yang bosan, ada yang terkendala jarak ke fasilitas kesehatan. Ini yang memicu resistensi obat," tandasnya.