SuaraJogja.id - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan mengimbau penerbangan menuju dan dari Yogyakarta waspada letusan Gunung Merapi. Dia juga meminta kepada seluruh jajarannya serta stakeholder penerbangan untuk secara intensif memantau operasional penerbangan yang bisa saja terdampak letusan gunung berapi maupun gempa bumi.
Imbauan ini disampaikan pasca terjadi erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta dan Gempa Bumi di Bantul, pada Senin (14/10/2019) lalu.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Polana B Pramesti mengungkapkan, pemantauan intensif untuk mengutamakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan calon pengguna jasa transportasi udara.
"Pemantauan dilakukan untuk mendeteksi dini letusan dan antisipasi perkembangan pengaruh sebaran abu vulkanik dari gunung api yang mengalami erupsi," ujarnya di Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Baca Juga: Aplikasi Mitigasi Bencana Merapi Diresmikan, Tapi Sinyal Ponsel Masih Susah
Pemantauan menggunakan sistem informasi Integrated Webbased Aeronautical Information System Handling (I-Wish) yang telah dikembangkan oleh Ditjen Hubud.
"Sistem ini diperuntukkan untuk melakukan koordinasi dan komunikasi dalam pengambilan keputusan bersama, khususnya dalam penanganan abu vulkanik," jelas Polana.
Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah III Surabaya, Nafhan Syahroni mengatakan, bencana erupsi Gunung Merapi dan gempa bumi di daerah Bantul tidak berdampak terhadap penerbangan di Bandar Udara Internasional Adisutjipto, Yogyakara dan Bandar Udara Internasional Yogyakarta (YIA).
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, Selasa (15/10/2019) mengemukakan letusan Merapi yang terjadi Senin kemarin dipicu akumulasi gas vulkanik yang terlepas secara tiba-tiba. Menjelang terjadinya letusan tersebut, tidak teramati peningkatan data pemantauan yang signifikan.
"Letusan kemarin itu tergolong kecil, dan tidak ada peningkatan aktivitas yang signifikan, sehingga statusnya tetap sama yaitu Waspada (level II)," terang
Baca Juga: Karnaval Pelangi Budaya Bumi Merapi Akan Kembali Dihelat, Catat Tanggalnya
Sementara dari laporan aktivitas Gunung Merapi periode pengamatan 15 Oktober 2019 pukul 00.00-18.00 WIB yang dikeluarkan oleh BPPTKG, hanya terjadi sekali awan panas guguran dengan amplitudo 58 mm berdurasi 102 detik. Awan panas ini tidak teramati secara visual karena cuaca berkabut.
Berita Terkait
-
Mengenang Erupsi Gunung Merapi 2010 di Museum Mini Sisa Hartaku
-
Abu Gunung Lewotobi Ganggu Penerbangan, Bandara Lombok Batalkan Puluhan Jadwal Terbang
-
Pusing Bagasi Ekstra saat Liburan? Kini Bisa Atur Kebutuhan Perjalanan dengan Mudah
-
30 Penerbangan Dibatalkan Akibat Erupsi Gunung Lewotobi, BMKG Bali Beri Update Terkini
-
Gegara Pajak Avtur, Harga Tiket Pesawat ke Luar Negeri Lebih Murah Ketimbang Domestik
Terpopuler
- Profil dan Agama Medina Dina, Akan Pindah Agama Demi Nikahi Gading Marteen?
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Baim Wong Terluka Hatinya, Olla Ramlan Maju Senggol Paula Verhoeven: Ego Laki Jangan Disentil Terus
- Rumah Baru Sarwendah Tersambar Petir
- Beda Kekayaan AKP Dadang Iskandar vs AKP Ryanto Ulil di Kasus Polisi Tembak Polisi
Pilihan
-
Lihat Jaksa di Sidang Tom Lembong Cengar-cengir, Publik Malah Kesal: Nasib Orang Dianggap Bercandaan!
-
GERKATIN: Ruang Berkarya bagi Teman Tuli
-
5 Asteroid Paling Berbahaya Bagi Bumi, Paling Diwaspadai NASA
-
Rupiah Loyo! Tembus Rp15.900 per Dolar AS, Calon Menkeu AS Jadi Biang Kerok
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
Terkini
-
Bawaslu Sleman Dalami Laporan Politik Uang di Seyegan, 3 Orang Dilaporkan
-
Pemkab Bantul Siapkan Data Anak Sekolah untuk Program Makan Bergizi
-
Ibunda Mary Jane Sambut Hangat Kabar Anaknya Segera Pulang
-
Mahasiswa UNY Berhasil Sulap Limbah Sampah Jadi Suplemen Tanaman
-
DMFI Bareng Shaggydog Serukan Larangan Peredaran Daging Anjing, Pemda DIY Siapkan Perda