Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Selasa, 14 Januari 2020 | 16:39 WIB
Widi Astuti (39), ibu Dio, korban penganiayaan di Jalan Siluk-Imogiri, Bantul, meluapkan emosi melihat tersangka, APS, di Mapolres Bantul, Selasa (14/1/2020). - (Suara.com/Julianto)

"Anak saya itu anak yang anteng, tidak pernah main. Apalagi tadi alasannya karena iseng," tambahnya.

Ia lantas menceritakan anaknya ketika dirawat di RSUP Sardjito. Anaknya sempat dirawat selama sepekan di bangsal dan kemudian dipindah ke ruang PICU. Meski demikian, korban dalam keadaan sadar dan bisa diajak komunikasi.

Namun seminggu sebelum Dio meninggal, kondisinya memang menurun dan oleh dokter dipasangi ventilator. Setelah itu korban tidak bisa diajak komunikasi karena menurut keterangan dokter yang ia terima, korban memang sengaja 'ditidurkan' hingga akhirnya dinyatakan meninggal hari Kamis lalu.

"Selama sadar, Dio itu yang diomongin selalu sekolah," tutur Widi.

Baca Juga: Indonesia Masters: Kalahkan Pai, Ruselli Ikuti Jejak Tontowi / Apriyani

Selama sadar itu pula, Dio sempat menceritakan peristiwa apa yang menimpanya tersebut, sehingga ia mengetahui secara pasti kronologi yang mengakibatkan anaknya jatuh dan peristiwa-peristiwa sebelumnya.

Widi menandaskan, anaknya tidak memiliki musuh selama hidupnya karena ia dikenalnya sebagai anak yang anteng dan tidak pernah main. Kegiatan sehari-hari Dio hanyalah di sekolah, di mana korban berangkat pukul 06.00 WIB dan baru pulang ketika Magrib bahkan hingga Isya.

"Setiap hari itu kegiatan dia itu di sekolah. Makanya selama di rumah sakit yang dibicarakan itu selalu sekolah dan sekolah," kenangnya.

Kontributor : Julianto

Baca Juga: Benarkah PCOS Membuat Wanita Tidak Bisa Hamil?

Load More