SuaraJogja.id - Merebaknya coronavirus dari Cina belakangan ini belum menyurutkan minat masyarakat untuk menikmati kuliner dengan bahan baku kelelawar. Meskipun selama ini kelelawar disebut sebagai salah satu media penularan coronavirus yang belakangan merebak.
Sejumlah pedagang yang menjual daging kelelawar di Kabupaten Bantul mengaku belum mengetahui adanya virus tersebut. Bahkan mereka berani mengklaim sejauh ini kelelawar-kelelawar yang mereka dagangkan masih aman atau terbebas dari coronavirus tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh pasangan Doni Siswanto 33 dan romyati 33 warga Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Pasangan ini merupakan pedagang tongseng dan rica-rica berbahan baku binatang kelelawar. Keduanya membuka lapak setiap hari di di selatan pasar Niten baru Jalan Bantul.
Donny mengaku memang telah membaca terkait dengan mewabahnya coronavirus tersebut di negara Asia. Namun dirinya mengaku tidak mengetahui jika salah satu media penyebarannya adalah melalui kelelawar yang selama ini menjadi tumpuan hidup keluarganya.
Baca Juga: DPRD Gunungkidul Minta ASN Konsisten Jaga Netralitas Jelang Pilkada
"Codot ini masih amanlah. Karena saya mengolahnya dengan matang," terangnya, Kamis (6/2/2020).
Doni mengklaim kelelawar atau codot yang siap pola bukanlah sembarang codot. Karena jenis cat yang diolah tersebut ia pilih secara selektif yaitu bukan pemakan serangga ataupun bunga melainkan pemakan buah-buahan di malam hari.
Dirinya sudah sangat hafal kelelawar mana yang setiap hari mengkonsumsi buah sehingga ia yakin kelelawar yang ia olah tersebut aman terbebas dari penyakit yang mematikan. Karenanya dirinya tidak khawatir akan adanya coronavirus tersebut.
Ia mengklaim selama 10 tahun berdagang tidak pernah ada masalah sedikitpun dan semuanya aman. Bahkan dari waktu ke waktu peminat olahan codot tersebut justru semakin besar. Sebab banyak yang meyakini jika daging kelelawar sangat baik untuk kesehatan terutama mengobati penyakit sesak nafas ataupun asma.
" sekarang masih rame dan belum ada himbauan dari pihak manapun," tambahnya.
Baca Juga: Harga Bawang Putih Melonjak Dua Kali Lipat, Daya Beli di Gunungkidul Turun
Untuk pasokannya sendiri codot tersebut memang berasal dari Panggang, Gunungkidul lantaran di wilayah tersebut masih ditemukan banyak goa tempat bersarang binatang nokturnal tersebut.
Jika memang benar-benar kelelawar tersebut berbahaya dari sisi kesehatan maka ia berharap ada urun rembuk dari pemerintah. Pemerintah harus turun tangan memberikan informasi secara detil dan memberikan solusi berkaitan dengan kelangsungan usahanya tersebut.
Sementara itu serupa dengan di Bantul, di wilayah Gunungkidul sendiri, kelelawar menjadi salah satu kuliner ekstrim yang legendaris. Kuliner kelelawar ini sudah dikenal puluhan tahun karena selama ini daging kelelawar dikenal ampuh untuk mengobati penyakit asma atau sesak nafas.
Pemilik warung olahan daging kekelawar yang ada di sebelah timur terminal Panggang, Sukarwanti mengatakan, kuliner kelelawar yang ia kelola tersebut sebenarnya sudah turun temurun karena sudah ada sejak jaman nenek buyutnya. Dia adalah generasi ketiga yang meneruskan usaha keluarga tersebut.
Munculnya informasi tersebut tidak berdampak pada omset dagangannya. Kekelawar bacem dan goreng masakannya tetap diminati masyarakat. Setiap hari warung tersebut selalu didatangi oleh para penggemar daging kelelawar atau codot.
"Masih ada yang mencari kok," katanya saat ditemui di warungnya, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Gunungkidul
- 1
- 2
Berita Terkait
-
China Sempat Lobi WHO tak Tetapkan Darurat Global Soal Virus Corona?
-
Heboh Wabah Virus Corona, Kuliner Daging Codot Tetap Favorit di Daerah Ini
-
Habiskan Miliaran Rupiah, Revitalisasi Bangsal Sewokoprojo Tinggalkan Cacat
-
Kemenkes Ungkap Alasan Indonesia Masih Bebas Corona, Jangan Diragukan!
-
Masuki Bulan Kedua, Kapan Wabah Virus Corona Berakhir?
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 5 Rekomendasi Mobil Tangguh Mulai Rp16 Jutaan: Tampilan Gagah dan Mesin Badak
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Tipe SUV Juni 2025: Harga di Bawah 80 Juta, Segini Pajaknya
- 36 Kode Redeem FF Max Terbaru 5 Juni: Klaim Ribuan Diamond dan Skin Senjata Apik
- 6 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Tranexamic Acid: Atasi Flek Hitam & Jaga Skin Barrier!
Pilihan
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Apa Untungnya?
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
Daftar 5 Sepatu Olahraga Pilihan Dokter Tirta, Brand Lokal Kualitas Internasional
-
10 Mobil Bekas Punya Kabin Luas: Harga di Bawah Rp100 Juta, Muat Banyak Keluarga
-
Daftar 5 Pinjol Resmi OJK Bunga Rendah, Solusi Dana Cepat Tanpa Takut Ditipu!
Terkini
-
Beda dari Tahun Lalu, Ini Alasan Grebeg Besar 2025 Yogyakarta Lebih Tertib dan Berkah
-
KPK Dapat Kekuatan Super Baru? Bergabung OECD, Bisa Sikat Korupsi Lintas Negara
-
Pemkab Sleman Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban Terpenuhi, Ternak dari Luar Daerah jadi Opsi
-
8 Tersangka, 53 Miliar Raib: KPK Sikat Habis Mafia Pungli TKA di Kemenaker
-
Dapur Kurban Terbuka, Gotong Royong Warga Kauman Yogyakarta di Hari Idul Adha