Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 08 Februari 2020 | 19:31 WIB
Ilustrasi klitih - (Suara.com/Iqbal Asaputro)

SuaraJogja.id - Aksi klitih di kawasan Jogja dan sekitarnya yang kian meresahkan tampaknya mendorong munculnya berbagai gerakan solidaritas untuk meredamnya. Salah satunya seperti yang dilakukan Kepala Desa Condongcatur, Reno Candra Sangaji.

Reno mengungkapkan kawasan Condongcatur belakangan disinyalir sebagai daerah potensial terjadinya aksi klitih. Hal ini mengingat di beberapa titik kerap dijadikan tempat kumpul-kumpul anak usia pelajar.

"Tercatat ada sekitar 9 titik yang dicurigai jadi tempat kumpul mulai dari warung-warung pinggir jalan," terangnya, Sabtu (8/2/2020).

Guna meminimalisir dan meredam terjadinya aksi klitih, ia meminta jajarannya untuk melakukan patroli keliling desa hingga perbatasn kawasan Condongcatur.

Baca Juga: 5 Fakta Seputar Mie Ayam Tumini nan Tersohor di Jogja

Selain itu ia juga mengoptimalkan program Jaga Warga yang diinisiasi oleh Pemda DIY.

"kami coba mengoptimalkan program yang sudah ada termasuk Jaga Warga. Tak hanya meminta warga untuk aktif menginformasikan dan menjaga wilayahnya tapi kami juga melibatkan anak-anak punk lho. Intinya kami ingin menjaring sebanyak mungkin kepedulian masyarakat agar klitih bisa diminamilisr," jelasnya.

Meski urung ada data secara spesifik, tetapi Reno menyebut bahwa secara perlahan potensi aksi klitih di kawasan Condongcatur mulai berkurang.

Ia pun berharap lingkungan terkecil yakni keluarga juga harus mulai aktif untuk memperhatikan anak-anaknya. Mengingat para pelaku klitih yang kerap terjadi dilakukan oleh oknum pelajar.

"Upaya Jaga Warga dan program patroli keliling tentu bukan solusi terbaik. Harus ada peran orangtua dan keluarga untuk menekan aksi ini. Kami pun terus menghimbau agar keluarga bisa memperhatikan anaknya dalam berkegiatan terutama di malam hari," tandasnya.

Baca Juga: Pemilik Mie Ayam Tersohor di Jogja Meninggal, Bu Tumini Trending Twitter

Kontributor : Uli Febriarni

Load More