SuaraJogja.id - Sebutan penganiayaan tanpa motif di jalanan atau lebih dikenal sebagai klitih kini kembali menjadi sorotan masyarakat Jogja. Sempat meredup pada 2018, di pembuka tahun 2020 klitih kembali meneror.
Jumlah korban yang diduga akibat aksi penganiayaan ini terus bertambah. Salah satu yang masih hangat menimpa Enrico Kristanto. Driver ojek online (ojol) tersebut terpaksa harus terbaring di bangsal Bima 4 Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak Sabtu (1/2/2020) akibat luka serius di wajahnya.
Awalnya pria 40 tahun ini beraktivitas seperti hari-hari sebelumnya sebagai driver ojol. Memang dirinya memilih bekerja pada malam hari, sebab siang 13.00 hingga pukul 19.00 wib, Enrico bekerja sebagai freelance.
Namun petaka menghampirinya di Sabtu pekan lalu saat melakoni rutinitasnya. Pukul 03.00 wib, Enrico mendapat luka sabetan benda tajam hingga pipi kanan hingga leher bagian belakang sobek. Bahkan pundak kanannya mendapat luka yang cukup lebar. Totalnya Enrico mendapat 27 jahitan atas penganiyaan yang dia alami di Jalan Kabupaten, Trihanggo, Gamping, Kabupaten Sleman.
Baca Juga: Keren, Begini Penampakan Tugu Jogja Tanpa Kabel dan Papan Reklame
"Dari arah utara saya hanya melihat lampu motor. Tiba-tiba saya merasa ada hantaman benda keras yang mengenai wajah. Seketika saya oleng dan menepi. Untung penumpang saya langsung memegangi badan saya. Posisi sudah miring dan hampir jatuh, setelah saya sadar, bibir kanan saya hingga leher sebelah kanan mengeluarkan banyak darah," cerita Enrico.
Pria asal Depok, Jawa Barat ini telah menjalani operasi. Akibat luka sabetan benda tajam tersebut, ia mengaku sebagian giginya harus dikunci dengan kawat. Imbasnya Enrico tak boleh banyak menggerakkan mulutnya. Bahkan untuk makan sehari-hari, untuk sementara Enrico hanya diperkenankan makan makanan cair.
Bukan hanya Enrico yang harus menanggung sakit dan trauma. Seorang pelajar di salah satu SMA wilayah Tempel, Sleman, Bagus Rifki juga harus mengalami situasi pedih usai menjadi korban kejahatan jalanan. Berbeda dari Enrico yang diserang pada malam hari. Pelajar 16 tahun ini mendapat luka serius di bagian kepala kanan sepulang sekolah, 5 November 2019 lalu.
Saat kejadian, Bagus bersama lima orang temannya keluar dari sekolah pukul 16.30 wib. Dengan mengendarai motor bergerombol, dari arah berlawanan sejumlah orang yang diketahui mengenakan pakaian seragam pelajar melempar batu hingga mengenai kepala kanan Bagus. Ia pingsan, lalu dilarikan ke rumah sakit setelah kepala bagian kanan dan telinga kanan mengeluarkan banyak darah.
Dari diagnosa dokter, tengkorak kepala kanannya pecah. Selain itu pelipis kanannya juga mengalami sobek hingga mendapat tujuh jahitan. Beruntung Bagus tidak sampai mengalami gangguan penglihatan.
Baca Juga: Sempat Vakum di 2019, Festival Melupakan Mantan Bakal Hadir Lagi di Jogja
Namun pascainsiden yang dialami pelajar asal Blingo, Ngluwar, Magelang ini mengalami trauma hebat. Setelah dinyatakan pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa pada awal Desember 2019 lalu, Bagus saat ini kerap diantar ibunya saat berangkat ke sekolah.
Bukan hanya itu, Bagus sering dihantui rasa cemas saat melintasi jalanan besar. Karena kejadian yang dia alami berada di jalanan yang cukup lebar saat itu.
Orang tua Bagus, Yulianto mengaku tak ada pendampingan khusus saat anaknya mengalami trauma. Yulianto hanya berupaya menjaga hingga anak semata wayangnya merasa berani keluar sendiri tanpa didampingi.
"Alhamdulilah dia sudah kembali sekolah seperti biasa. Dulunya sempat trauma, saat melewati jalan besar dia meminta untuk dilewatkan ke jalanan kecil atau jalan kampung menuju sekolahnya. Trauma itu dia alami hampir satu pekan lebih. Kami juga memotivasi dia untuk melupakan kejadian yang Bagus alami, akhirnya sudah kembali seperti biasa," terang Yuli.
Yuli bersyukur, insiden yang menimpa Bagus tak membuatnya cedera permanen. Awalnya Yuli sempat was-was dengan penglihatan dan pendengaran anaknya yang akan terganggu akibat lemparan batu tersebut.
Meski mengalami luka yang cukup serius, Bagus dan Enrico masih relatif beruntung karena masih diberi kehidupan. Sebab nasib miris harus dialami Fatur Nizar Rakadio.
Berita Terkait
-
Geng Legendaris JXZ Ragukan Efektivitas Ormas Deklarasi Berantas Klitih
-
DIY Darurat Klitih, Pemkab Sleman Respons dengan Pembangunan PJU
-
Beri Efek Jera, Polisi Bisa Kesampingkan HAM untuk Basmi Klitih
-
Polisi Buru Pelaku yang Sabetkan Sajam ke Driver Ojol di Sleman
-
CEK FAKTA: Beredar Daftar Lokasi Rawan Klitih di Sleman, Benarkah?
Terpopuler
- Mengenal Klub Sassuolo yang Ajukan Tawaran Resmi Rekrut Jay Idzes
- 6 Pilihan HP RAM 12 GB Dibawah Rp2 Juta: Baterai Jumbo, Performa Ngebut Dijamin Anti Lag!
- Polemik Ijazah Jokowi Memanas: Anggota DPR Minta Pengkritik Ditangkap, Refly Harun Murka!
- 5 Pilihan Mobil Bekas Honda 3 Baris Tahun Muda, Harga Mulai Rp50 Jutaan
- 5 AC Portable Murah Harga Rp350 Ribuan untuk Kamar Kosan: Dinginnya Juara!
Pilihan
-
Mengenal Buriram United Klub Baru Shayne Pattynama, Ada Hubungan dengan Manchester United?
-
Akal Bulus Oknum Debt Collector Jebak Petugas Damkar Bantu Tagih Utang Pinjol
-
BREAKING NEWS! Hasil RUPS LIB: Liga 1 Super League, Liga 2 Jadi Championship
-
5 Rekomendasi HP Murah Memori 256 GB Harga di Bawah 2 Juta, Terbaik Juli 2025
-
Timnas Putri Indonesia Gagal, Media Asing: PSSI Cuma Pakai Strategi Instan
Terkini
-
Sekolah Swasta Jogja Siap Gratiskan Pendidikan, Asal... Dana Pemerintah Harus Cukup
-
Selain Bukan Kurir ShopeeFood Resmi, Dua Tersangka Pengerusakan Mobil Polisi Tak Saling Kenal
-
Dulu Panen, Sekarang Gigit Jari: Curhat Pedagang dan Jukir Pasca Relokasi Parkir ABA di Jogja
-
Pasangan Couplepreneur Ini Dapat Dukungan BRI, Ekspansi Bisnis Sampai Amerika
-
Polisi Tegaskan Keterlambatan Pengantaran ShopeeFood di Godean Tak Berjam-jam tapi Hanya 5 Menit