Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 23 Februari 2020 | 13:48 WIB
Kapal Sonar yang dilibatkan Tim SAR untuk membantu proses pencarian korban susur sungai Sempor SMP N 1 Turi, Sleman. [Istimewa]

SuaraJogja.id - Pencarian dan penemuan siswa SMPN 1 Turi yang jadi korban laka air susur sungai sempor resmi dihentikan, Minggu (23/2/2020). Sebanyak 239 siswa dinyatakan selamat, sedangkan sepuluh siswa lainnya ditemukan meninggal dunia.

Selain dilakukan penyusuran dengan cara manual tenaga manusia, proses pencarian korban yang tersebar di lebih dari 25 km aliran sungai Sempor, tim SAR gabungan juga mengandalkan teknologi canggih alat deteksi bawah air, sonar.

Seorang relawan SAR dari BPBD Kabupaten Bantul, Wiwin Effendy menjelaskan teknologi itu, kepada SuaraJogja.id, Minggu (23/2/2020). Alat itu, dibuat oleh timnya bersama tim di luar BPBD.

Lelaki yang tergerak untuk menjadi relawan SAR sejak hari kedua kejadian itu, berencana akan kembali ke Turi pada Minggu pagi. Namun, rencana itu urung dilakukan karena ia mendapat kabar bahwa korban telah ditemukan oleh rekan-rekan di lapangan.

Baca Juga: Guru PNS SMPN 1 Turi Jadi Tersangka, Bupati Sleman: Hormati Proses Hukumnya

"Saya sudah kembali ke Bantul, semalam," ujarnya saat dihubungi lewat sambungan percakapan via WhatsApp.

Kala ditanya perihal kapal mungil yang nampak dalam proses pencarian korban, ia menyebutnya dengan kapal scaning sonar.

Si kecil berkelir hijau pupus itu, berfungsi untuk scan (memindai) obyek yang berada di kedalaman air. Sekaligus memetakan dasar sungai. Tujuannya, ada keluaran data pindai, yang selanjutnya bisa digunakan untuk pengambilan keputusan operasi. Sehingga proses pencarian menjadi efisien waktu dan tenaga.

"Jadi, apabila ada obyek yang terdeteksi di atas permukaan dasar sungai, bisa menjadi titik duga. Tim selam bisa diterjunkan. Data scanning seperti ada rongga, obstacle di bawah bisa terdeteksi. Saat penyelam diturunkan, sudah tahu posisi di dasar sungai seperti apa. Meskipun kondisi air keruh, tetap bisa terdeteksi," ungkapnya.

Lelaki yang akrab disapa Mas Pithi itu menambahkan, kapal tersebut dipasangi dua sonar. Berkat si mungil ini, keberadaan korban dapat terdekteksi. Karena hasil pindai kapal sonar, dapat termonitor dari darat.

Baca Juga: Seluruh Korban SMPN 1 Turi Ditemukan, Bupati Sleman: Terima Kasih Tim SAR

"Kemarin kami scaning di 4 DAM. Yang tahu namanya hanya DAM Lengkong dan Balong, kalau dua lainnya saya tidak tahu namanya," ujarnya.

Pithi menambahkan, bukan hanya melibatkan alat kapal sonar. Ia juga mengajak 12 rekan microdrone turut serta dalam aksi kemanusiaan itu.

"Kalau Jumat (21/2/2020) kala awal kejadian, sangat tidak mungkin alat kami turunkan. Karena debit arus sangat kencang, settingan kapal tidak di arus deras," paparnya.

Pithi mengaku turut menjadi tim SAR setelah ada permintaan support dari BPBD Sleman yang masuk. Namun, ia menyatakan memang sudah memiliki niatan bersama tim untuk menuju ke Sleman turut melakukan pencarian korban.

Di lokasi bertugas, Pithi juga bersyukur bukan hanya bisa turut berpartisipasi, melainkan dipertemukan kembali dengan rekan SAR dari luar DIY yang sempat menjadi rekan satu operasi misi kemanusiaan di masa sebelumnya.

"Anane seneng, bisa bisa bersama dalam satu operasi misi kemanusiaan," ucapnya.

Ia menyatakan, pengembangan alat khusus yang menerapkan teknologi yang ia dilakukan, dibiayai secara mandiri karena hobi. Dan hal itu ia terapkan kepada kawan-kawan yang memiliki hobi sama dengannya, di bidang aeromodeling & RC.

"Kami tidak hanya hobi, kalau alat yang kami punya bisa mendukung misi kemanusiaan, kami pakai untuk membantu," tambahnya.

Saat ini, timnya terus mengembangkan teknologi kapal sonar tersebut. Bila saat ini kapal masih bertenaga baterai, tim sedang merakit kapal sonar bertenaga surya.

"Beberapa instrumen terkait kapal akan kami kembanhkan lagi, agar bisa berfungsi lebih baik. Untuk titik-titik area yang sulit dijangkau, kami akan buat model kapal selam mini untuk memindai rongga," tandas Pithi, seraya menyebut akan lanjut turut giat pengkondisian rumpun bambu tumbang di aliran sungai Winanga. 

Kontributor : Uli Febriarni

Load More