Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi | Mutiara Rizka Maulina
Rabu, 26 Februari 2020 | 14:50 WIB
Mbah Rois dan Putrinya bercerita kepada wartawan mengenai proses evakuasi, Selasa (25/2/2020). [Suarajogja.id/Mutiara Rizka]

SuaraJogja.id - Sudiro (71) warga Dukuh, Donokerto, Turi, Sleman merupakan salah satu relawan yang turut menyelamatkan siswa SMP N 1 Turi yang hanyut dalam insiden susur Sungai Sempor. 

Ditemui seusai menerima penghargaan dari Kementrian Sosial, Sudiro atau yang akrab disapa Mbah Rois menceritakan kronologi evakuasi siswa. 

"Saat itu saya sedang bersih-bersih di kuburan. Kemudian anak saya memberi tahu kalau ada yang hanyut di sungai," tutur Mbah Rois di Posko Tagana Kabupaten Sleman Selasa (25/2/2020).

Menurut penuturannya, yang terlebih dahulu mengetahui kondisi siswa yang hanyut adalah putrinya, Fantria (30). 

Baca Juga: Tim Psikolog SMPN 1 Turi Beri Pendampingan ke Keluarga IYA yang Dibully

Saat peristiwa naas itu terjadi, Fintria tengah berada di rumah. Lantas ia mendengar suara teriakan, awalnya ia mengira itu adalah teriakan gembira peserta outbond.

"Ya kan biasanya ada orang outbond, jadi ya awalnya tak kira pada sorak-sorak itu," ujar Fantria membenarkan penuturan ayahnya. 

Setelah mendengarkan dengan seksama, kemudian Fantria menyadari bahwa itu teriakan minta tolong. Ia akhirnya melihat ke Sungai Sempor yang berada 100 meter dari rumahnya.

Melihat banyak siswa yang hanyut terbawa arus, Fantria lekas menyusul Mbah Rois ke kuburan dan memberitahukan kondisi di sungai. 

"Anak saya ngasih tahu saya terus kesana, ketemu sama mas ini," kata Mbah Rois, menunjuk Kodir warga yang juga turut membantu proses evakuasi. 

Baca Juga: Jokowi dan Ma'ruf Amin Hadiri Sidang Laporan Tahunan Mahkamah Agung

Sebelum kejadian, Mbah Rois bercerita, ia memang sempat melihat adanya anak-anak pramuka yang melakukan aktivitas susur sungai. 

"Awalnya ya mereka sorak-sorak begitu," kata Mbah Rois.

Ia mengakui bahwa saat itu kondisi cuaca sudah gerimis, dan debit air sudah tinggi. Namun, ia tidak berani memberikan peringatan karena itu merupakan kegiatan pramuka.

"Sama warga di selatan itu sudah diberi tahu. Mbok ditunda saja. Tapi ya pembinanya bilang sudah biasa," ungkap Mbah Rois.

Bersama dengan Kadir (37), warga Kembangarum, Donokerto, Turi, Mbah Rois berhasil menyelamatkan setidaknya 60 siswa SMPN 1 Turi

Mbah Rois menyebutkan terdapat beberapa titik keberadaan siswa. Keberadaan para siswa yang terbagi dalam beberapa kelompok turut menjadi kendala dalam proses evakuasi tersebut. 

Kaki Mbah Rois sempat terluka hingga mengeluarkan darah saat menolong salah satu siswa.

Ia menjelaskan, ada enam orang siswa yang ia dapati berada ditengah kali. Dengan bantuan tangga bambu, ia membantu para siswa ke tepian sungai.

Saat mencoba membantu para siswa, Mbah Rois mengaku ada salah satu dari mereka menangis dan terus menggelengkan kepala. Siswa tersebut takut karena arus air terus bertambah deras. 

"Ya sambil nangis itu sama geleng-geleng. Dia takut, airnya tambah deras," papar Mbah Rois.

Mbah Rois akhirnya memutuskan menggendong siswa tersebut. Ketika hendak melangkah ke tepian, kaki Mbah Rois tercepit di bebatuan.

"Anaknya masih dipunggung saya, ini (kaki) nggejlik batu terus terjepit," kata Mbah Rois.

Demi menjaga keselamatan anak tersebut, Mbah Rois tidak menghiraukan rasa sakit di kakinya. Dengan menahan rasa sakit, ia terus melangkah sekuat tenaga. Beberapa kali, ia sempat terombang-ambing dan hampir hanyut terbawa arus sungai yang semakin deras. 

Setelah berhasil membawa anak tersebut ke tepian sungai, Mbah Rois kemudian memeriksa kakinya yang mengeluarkan banyak darah. Ia tak menghiraukan luka di kakinya dan tetap melanjutkan untuk menolong siswa yang lain.

Load More