SuaraJogja.id - Bukk..buk..bukk, tinjunya masih terlihat mantap saat diayunkan ke sebuah sak warna hitam yang tergantung di halaman rumahnya. Pria paruh baya bernama Safuani tersebut bercerita bahwa ilmu bela diri yang dikuasainya sejak muda jadi bekal penting selama ia terjun sebagai preman Jogja.
Hari itu, sambil mengenakan pakaian serba putih dan peci, sosok yang kini akrab disapa Haji Icab tersebut terlihat jauh dari kesan angker. Ia bahkan menyambut dengan ramah kedatangan tim dari SuaraJogja.id yang berkunjung.
Saat memasuki ruang tamu rumahnya, tampak foto dirinya ketika muda menghiasi sebagian dinding. Dari beberapa, foto yang terpajang di antaranya ada sosok-sosok penting yang secara tak langsung menunjukkan bahwa Icab di masa lalu bukanlah preman biasa.
Tak berapa lama ngobrol ringan, Haji Icab mulai membuka kisahnya sebagai preman Jogja ketika kali pertama datang ke Kota Gudeg ini beberapa puluh tahun silam.
Baca Juga: Indogrosir Jogja Ditutup Sementara, Bermula dari Karyawan Pingsan
Pria yang kini berusia 53 tahun tersebut terlahir di Banjarmasin, Kalimantan dengan nama Safuani. Namun sejak usia 10 tahun, Haji Icap sudah menetap di Yogyakarta. Tidak heran jika kini logatnya dalam berbicara bahasa Jawa sangat fasih.
Tak berapa lama, berkisah tentang asal usulnya, Icab kemudian menunjuk salah satu koleksi pedang yang terpajang di ruang tamunya. Ceritanya saat terjun sebagai preman pun mengalir.
Ia mengaku sebelum terjun di dunia preman nan keras sempat bergabung dalam sebuah kelompok politik. Saat itu sekitar tahun 80-an.
Dirinya mengisahkan kala itu suasana Jogja, praktik premanisme sangat lekat. Mulai dari yang berafiliasi dengan partai politik maupun yang berdiri sendiri dari sekolah-sekolah.
"Dulu situasi di Jogja ini ada banyak gali atau preman yang merajalela. Kelompok kami yang berafiliasi dengan partai politik kala itu juga dicap sebagai gali atau preman," kata Haji Icap menceritakan sejarah kelompoknya.
Baca Juga: Viral Gadis Cilik Penjual Jajan di Jogja, Netizen: Senyumnya Luar Biasa!
Ia melanjutkan kisahnya sambil mengedarkan segelas teh hangat yang dibawa seorang wanita dari luar rumah. Kami duduk berramai-ramai bersama dengan anggota kelompok lainnya.
Berita Terkait
-
Prediksi Besaran Upah Minimum Jogja 2025 dan Tanggal Penetapannya
-
Night Drive Maut Mahasiswa di Jogja, Dari Buka Celana Sampai Berakhir di Penjara
-
Arjuna Apartment Dukung Ngayogjazz, Sinergikan Budaya Lokal dan Modernitas
-
Kronologi 'Nyuwun Sewu' Keraton Jogja Gugat PT KAI Seribu Perak
-
Candi Sojiwan, Candi Bercorak Buddha yang Tersembunyi di Prambanan
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bau Badan Rayyanza Sepulang Sekolah Jadi Perbincangan, Dicurigai Beraroma Telur
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP 5G Rp 4 Jutaan Terbaik November 2024, Memori Lega Performa Handal
-
Disdikbud Samarinda Siap Beradaptasi dengan Kebijakan Zonasi PPDB 2025
-
Yusharto: Pemindahan IKN Jawab Ketimpangan dan Tingkatkan Keamanan Wilayah
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Chipset Snapdragon, Terbaik November 2024
-
Kembali Bertugas, Basri-Najirah Diminta Profesional Jelang Pilkada Bontang
Terkini
-
Sunarso Dinobatkan Sebagai The Best CEO untuk Most Expansive Sustainable Financing Activities
-
Reza Arap Diam-Diam Tolong Korban Kecelakaan di Jogja, Tanggung Semua Biaya RS
-
Sayur dan Susu masih Jadi Tantangan, Program Makan Siang Gratis di Bantul Dievaluasi
-
Bupati Sunaryanta Meradang, ASN Selingkuh yang Ia Pecat Aktif Kerja Lagi
-
Data Pemilih Disabilitas Tak Akurat, Pilkada 2024 Terancam Tak Ramah Inklusi