Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 08 September 2020 | 15:24 WIB
Sutrisno, salah satu pelopor Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Barulah puncaknya datang setelah peristiwa gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006, saat itu Dusun Kiringan khususnya mendapat pelatihan yang diselenggarakan oleh CD Bethesda. Dari situ hampir semua pihak menjadi lebih serius dalam meracik ramuan jamunya.

Inovasi Racikan Jamu

Diceritakan Sutrisno, di Dusun Kiringan tersebut ia juga menjadi salah satu bagian yang mengurus terkait dengan inovasi yang akan dimunculkan di dusun tersebut. Jika sebelumnya Dusun Kiringan terkenal dengan jamu segar atau jamu gendong, Sutrisno menemukan inovasi lain dengan membuat jamu dalam bentuk sirup.

Selain dari segi masa kedaluwarsa yang lebih lama, jamu yang dibuat dalam bentuk sirup ini lebih praktis untuk dibawa kemana saja dan dihidangkan di mana saja. Tidak berhenti di situ, Sutrisno kembali membuat gebarakan baru dengan membuat jamu instan yang bisa bertahan lebih awet lagi.

Baca Juga: Beredar Pesan Rantai Operasi Masker Denda Rp250 Ribu, Ditlantas DIY: Hoax

"Sebenarnya bisa tahan sampai setahun tapi kami jadikan hanya delapan bulan karena empat bulan sisanya dijadikan untuk kontrol mutu," ungkapnya.

Kendati demikian jika memang saat kontrol mutu ternyata jamu masih dalam kondisi baik nantinya akan dijual kembali dengan dalam bentuk promo. Namun juka memang sudah ada tanda kerusakan jamu bisa digunakan untuk minuman ternak atau dibuat pupuk organik.

Inovasi Sutrisno tidak hanya berhenti di situ, ia kembali mengembangkan racikan jamu menjadi ke arah yang lebih banyak lagi. Salah satunya dengan membuat racikan jamu lalu dimasukkan ke dalam kapsul. Tidak hanya berinovasi pada produknya saja tapi ia juga memperhatikan penjualan produknya itu dari sisi bungkusnya.

Setelah jamu yang dibuat sirup, instan hingga yang dimasukkan ke dalam kapsul, Sutrisno kembali berpikir untuk lebih mengenalkan jamu kepada anak-anak yang notabene tidak begitu menyukai rasa jamu yang pahit. Salah satu caranya dengan membuat produk lain di antaranya permen jamu, es krim jamu, dan wedang jossja.

Untuk wedang jossja sendiri sebenarnya masih serupa dengan produk jamu instan yang lainnya. Namun perbedaan yang mendasar adalah tambahan kreamer diracikannya yang membuat jamu terasa seperti minuman segar.

Baca Juga: DIY Terbitkan Pergub Protokol Kesehatan, Izin Usaha Dicabut jika Melanggar

"Rasanya seger, tidak akan berasa minum jamu tapi sudah berkhasiat jamu. Ini baik buat pernapasan, masuk angin, osteoporosis," ucapnya.

Load More