Kendati demikian jika memang saat kontrol mutu ternyata jamu masih dalam kondisi baik nantinya akan dijual kembali dengan dalam bentuk promo. Namun juka memang sudah ada tanda kerusakan jamu bisa digunakan untuk minuman ternak atau dibuat pupuk organik.
Inovasi Sutrisno tidak hanya berhenti di situ, ia kembali mengembangkan racikan jamu menjadi ke arah yang lebih banyak lagi. Salah satunya dengan membuat racikan jamu lalu dimasukkan ke dalam kapsul. Tidak hanya berinovasi pada produknya saja tapi ia juga memperhatikan penjualan produknya itu dari sisi bungkusnya.
Setelah jamu yang dibuat sirup, instan hingga yang dimasukkan ke dalam kapsul, Sutrisno kembali berpikir untuk lebih mengenalkan jamu kepada anak-anak yang notabene tidak begitu menyukai rasa jamu yang pahit. Salah satu caranya dengan membuat produk lain di antaranya permen jamu, es krim jamu, dan wedang jossja.
Untuk wedang jossja sendiri sebenarnya masih serupa dengan produk jamu instan yang lainnya. Namun perbedaan yang mendasar adalah tambahan kreamer diracikannya yang membuat jamu terasa seperti minuman segar.
"Rasanya seger, tidak akan berasa minum jamu tapi sudah berkhasiat jamu. Ini baik buat pernapasan, masuk angin, osteoporosis," ucapnya.
Inovasi unik lainnya datang berupa permen jamu, tapi sayang sampai saat ini pihaknya belum bisa memproduksi lebih banyak. Hal itu terkendala akibat kesulitan dalam penyediaan alat potong dalam proses pembuatannya.
Dijelaskan Sutrisno bahwa di Desa Wisata Jamu yang berada di Kiringan tersebut saat ini mencatat sekutar 132 orang pengerajin jamu. Sekarang muncul 40 orang sebagai generasi baru sehingga saat ini ada sekitar 90 orang yang masih aktif berjualan.
Meski penjualan jamu masih didominasi oleh ibu-ibu penjual jamu gendong tapi tidak sedikit pula dari antara mereka yang melakukan inovasi untuk memasarkan produknya secara online. Selain itu tidak hanya membuat jamu yang langsung dapat diminum seketika tapi juga membuat racikan bahan-bahan itu secara mentah sehingga bisa tetap awet ketika dikirim.
Membuat Paket Wisata
Baca Juga: Beredar Pesan Rantai Operasi Masker Denda Rp250 Ribu, Ditlantas DIY: Hoax
Awalnya memang banyak pengunjung baik dari dalam atau luar negeri yang mampir ke Kiringan untuk sekadar meminum jamu. Namun baru pada 2016 lalu desa ini menerima Surat Keputusan menjadi desa wisata.
Banyaknya tamu yang datang tersebut, membuat pihaknya berpikir untuk menghadirkan sesuatu yang unik. Tidak sekadar meminum jamu tapi juga berbagai pengalaman di dalamnya.
Bahkan pihaknya sudah mencoba membuat paket wisata, yakni selama tiga hari dan dua malam ditambah dengan lima resep jamu. Artinya setiap wisatawan yang membayar paket itu akan diberikan sekaligus diajari langsung cara membuat jamu.
Selain itu pihaknya juga akan menjemput langsung wisatawan dari bandara. Sebelum berkunjung ke Kiringan, wisatawan akan diajak keliling Jogja melewati Malioboro, Kraton, Becici dan sekitarnya hingga yang terakhir di Pantai Parangtritis. Pihaknya juga akan mengajak wisatawan untuk mencoba kuliner yang ada di wilayah Jogja dan Bantul.
"Harga paket itu saya banderol 3 juta, sudah ada kemarin sempat rombongan dari Jepang, Belanda, dan Malaysia. Di sini juga sudah ada sekitar tujuh homestay yang siap ditempati," kata Sutrisno.
Sesampainya di Kiringan setiap pengunjung yang datang akan diberikan jamu sebagai welcome drink. Setelah itu wisatawan akan diajak untuk melihat pemaparan materi tentang jamu atau menonton film yang berkaitan dengan jamu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
-
Saham BBRI Dekati Level 4.000 Usai Rilis Laba Bersih Rp41,23 Triliun
-
Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
Terkini
-
Latih Ratusan KTB, Pemkot Yogyakarta Siap Perkuat Ketahanan Masyarakat Hadapi Bencana
-
DMFI Geram, Perdagangan Daging Anjing Kembali Marak di Yogyakarta, Perda Mandek?
-
Pasar Godean Modern Dibuka! Bupati Minta Pedagang Lakukan Ini Agar Tak Sepi Pengunjung
-
Anak Muda Ogah Politik? Ini Alasan Mengejutkan yang Diungkap Anggota DPR
-
Saemen Fest 2025 Hadir Lagi, Suguhkan Kolaborasi Epik Antara Musisi Legendaris dan Band Milenial