Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 08 September 2020 | 15:24 WIB
Sutrisno, salah satu pelopor Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan. [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Selama Pandemi Covid-19 Sempat Meroket

Jamu menjadi salah satu produk yang bisa dibilang malah mengalami peningkatan penjualan saat pandemi Covid-19 berlangsung. Meskipun kini penjualan jamu tidak seramai saat awal pandemi Covid-19 muncul tapi kondisi itu tetap disyukuri oleh penjual jamu.

Sutrisno menuturkan bahwa lonjakan permintaan jamu memang sempat terjadi dalam beberapa bulan yang lalu ketika pandemi Covid-19 baru dinyatakan masuk ke Indonesia. Mayoritas masyarakat mencari segala macam usaha untuk tetap sehat, salah satunya dengan mengkonsumsi empon-empon. Itulah yang membuat permintaan jamu meningkat drastis.

"Kalau mulai bulan ini sudah mulai penjualan jamu tidak seramai saat dibandingkan awal-awal pandemi Covid-19. Namun sekitar sebulan yang lalu tergolong sangat tinggi bahkan omzetnya jika ditotal semua dari penjual jamu yang ada naik sampai dengan 100-200%," kata Sutrisno.

Baca Juga: Beredar Pesan Rantai Operasi Masker Denda Rp250 Ribu, Ditlantas DIY: Hoax

Sutrisno bahkan juga membuat satu produk jamu instan dengan embel-embel "Pencegah Virus Corona." Ramuan itu terdiri atas kayu manis, jahe emprit, kunyit, jahe merah, sereh, temulawak dan lainnya.

Berkat produk jamu itu, pesanan yang masuk ke Sutrisno tak terbendung. Ia mengaku bahkan sempat tidak bisa setor produk tersebut kepada konsumen.

"Saya setor berapapun pasti habis, sempet kewalahan juga menghadapi pesanan yang segitu banyaknya. Itu juga ditambah dengan tenaga saya yang terkena lockdown diwilayahnya masing-masing," ungkapnya.

Diketahui selama pandemi Covid-19 ia sempat dibantu oleh tenaga yang berjumlah sekitar enam orang dari luar dusun atau desa itu. Namun karena lockdown pihaknya sempat mengerjakan sendiri sebelum akhirnya mendapat bantuan dari tetangga di sekitarnya.

"Bahkan ada tenaga yang dari deket rumah itu juga sampai bisa beli mobil walaupun tidak baru, tapi melejitnya sampai segitu kira-kira," ujarnya.

Baca Juga: DIY Terbitkan Pergub Protokol Kesehatan, Izin Usaha Dicabut jika Melanggar

Namun tidak semua penjual jamu merasakan peningkatan itu. Pasalnya ada banyak juga penjual jamu keliling yang tidak bisa berjualan ke tempat langganannya karena terkena lockdown wilayah.

Sutrisno mengatakan baru dari situlah para penjual jamu merasa bahwa berjualan secata online itu juga perlu.

"Jamu gendong di sini banyak dijual ibu-ibu, tapi pesanan dari dalam kota dan luar kota seperti NTT, Jakarta, Sumatera dan lainnya tetap ada. Pesanannya juga macam-macam mulai dari jamu cair, instan, wedang uwuh dan segala macam," ungkapnya.

Sutrisno mengaku sempat merasakan harga bahan baku yang melambung tinggi beberapa bulan sebelumnya karena memang permintaan yang juga meningkat. Namun sekarang kondisi itu sudah mulai berangsur normal kembali.

Hingga saat ini Sutrisno masih terus menggeluti dunia jamu yang sudah ia tekuni tersebut. Pria yang memiliki hobi fotografi ini tidak hanya membuat dan memasarkan sendiri jamunya tapi juga membagikan ilmunya kepada orang banyak.

Dedikasinya yang tinggi ditunjukkan saat ia hampir tak bisa pulang dari NTT ketika mengisi pelatihan tentang jamu. Pasalnya saat itu kondisi pandemi Covid-19 sedang meningkat tajam dan pemerintah memutuskan untuk membatasi sarana transportasi termasuk salah satunya pesawat.

Load More