SuaraJogja.id - Masyarakat pesisir pantai selatan Yogyakarta, khususnya di daerah Pantai Samas, sekarang bisa tersenyum semringah melihat tanaman yang mereka rawat setiap hari dapat menopang kebutuhan ekonomi sehari-hari. Namun, perlu proses yang panjang hingga akhirnya masyarakat dapat menikmati hasil tersebut.
Ketua Kelompok Tani Lahan Pasir Manunggal Subandi menceritakan proses panjang itu kepada awak media di sela-sela lelang cabai merah hasil panen para petani di bekas bangunan bekas Sub Terminal Agribisnis (STA) di Dusun Gadingharjo, Desa Srigading, atau selatan Tempat Pemungutan Retribusi (TPR) Pantai Samas, Rabu (16/9/2020).
Proses itu dimulai sejak 1998, saat lahan yang notabene adalah Sultan Ground seluas 105 hektare di pesisir pantai selatan, tepatnya di wilayah Pantai Samas itu, masih berbentuk padang pasir tak produktif.
Namun, kedatangan beberapa pihak terkait, mulai dari Universitas Gadjah Mada (UGM) hingga Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta, untuk bekerja sama akhirnya bisa mengubah kondisi tersebut.
Baca Juga: Dongkrak Harga Cabai Merah, Petani Lahan Pasir Pesisir Bantul Gelar Lelang
Melalui rekayasa yang dikembangkan oleh BPTP, masyarakat sekitar mulai menyadari betapa potensialnya lahan pasir untuk dijadikan lahan pertanian. Dari situ, tidak ingin hanya bergantung pada pihak lain, masyarakat mulai belajar dan beradaptasi sendiri dengan keadaan alam dan musim yang ada.
Perjuangan itu akhirnya tidak sia-sia. Beberapa tahun berlalu, lahan pertanian dengan memanfaatkan lahan pasir tersebut mulai membuahkan hasil. Subandi mengatakan, jika dulu daerah pesisir selatan itu menjadi daerah yang miskin, sekarang sudah tidak lagi.
"Dulu masyarakat sini kalau mau makan saja susah, tapi berkat lahan pertanian yang berhasil dikembangkan oleh masyarakat, akhirnya derajat masyarakat pun ikut terangkat. Kalau statusnya sendiri memang lahan Sultan Ground, tapi kita manfaatkan agar lebih berguna," ujar Subandi.
Namun tentu saja, perjalanan itu tidak selamanya tanpa kendala. Subandi melanjutkan, berbagai kendala yang dulu dihadapi masyarakat dapat menyebabkan petani gagal panen.
"Dulu kalau tidak hanya di musim penghujan saja yang banjir, tapi saat musim kemarau pun sama-sama banjir. Itu akibat dari suangan yang buntu atau dari muara tersebut banyak pasir hingga akhirnya air meluap hingga ke lahan," ungkapnya.
Baca Juga: Lagi Asyik Foto, Seorang Pemuda Lenyap Terseret Ombak Pantai Selatan
Subandi menyampaikan bahwa itu adalah kendala musiman yang pasti dihadapi hingga akhirnya Subandi dan masyarakat lain memutuskan untuk beralih ke pertanian dengan menggunakan lahan pasir.
Harapannya jelas, supaya para petani tidak terkendala bencana musiman yang terus mengancam tanamannya. Benar saja, sekarang, kata Subandi, lahan pertanian milik warga tetap terus berjalan tak terhambat oleh musim.
Menurutnya saat ini, musim hujan tetap menjadi berkah tersendiri untuk lahan pertanian yang ada, termasuk juga dengan musim kemarau, yang sudah bebas dari ancaman banjir datang.
"Sekarang di pasir biasa saja mau ditanami apa saja tetap bisa hidup, tapi tetap harus menggunakan rekayasa pupuk kandang. Sebabnya, lahan pasir miskin unsur hara, sehingga perlu unsur hara buatan dari pupuk tersebut," ucapnya.
Subandi menambahkan, lahan Sultan Ground seluas 105 hektare itu dibagi peruntukannya ke beberapa sektor, dari sektor wisata yang mengguanakan sekitar 30 hektare, serta perikanan 20 hektare, dan yang lainnya adalah pertanian. Saat ini total tinggal 60 hektare yang belum terpakai.
Sementara itu, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta Soeharsono menuturkan, pengembangan lahan pasir yang digunakan untuk pertanian itu sudah merambah hampir seluruh kawasan pantai selatan Yogyakarta. Mulai dari Kulon Progo hingga Bantul sudah dieksplorasi untuk pengembangan lahan pertanian lebih lanjut.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Dongkrak Harga Cabai Merah, Petani Lahan Pasir Pesisir Bantul Gelar Lelang
-
Lagi Asyik Foto, Seorang Pemuda Lenyap Terseret Ombak Pantai Selatan
-
Tanah Sultan Terdampak Tol Jogja-Solo, Krido: Bakal Dapat Ganti Untung Juga
-
Kemnaker Beri Bantuan Program Padat Karya pada 25 Kelompok Tani
-
Petani di Pesisir Bantul Usir Alat Berat, Protes Pembangunan Kantor BMT
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- Asisten Pelatih Liverpool: Kakek Saya Dulu KNIL, Saya Orang Maluku tapi...
- 3 Kerugian AFF usai Menolak Partisipasi Persebaya dan Malut United di ASEAN Club Championship
- Pengganti Elkan Baggott Akhirnya Dipanggil Timnas Indonesia, Jona Giesselink Namanya
- Berapa Harga Sepatu Hoka Asli 2025? Cek Daftar Lengkap Model & Kisaran Harganya
Pilihan
-
Mengenal Klub Sassuolo yang Ajukan Tawaran Resmi Rekrut Jay Idzes
-
Kata-kata Jordi Amat Usai Gabung ke Persija Jakarta
-
7 Rekomendasi Merek AC Terbaik yang Awet, Berteknologi Tinggi dan Hemat Listrik!
-
Daftar 7 Sepatu Running Lokal Terbaik: Tingkatkan Performa, Nyaman dengan Desain Stylish
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
Terkini
-
Liburan di Kampung Main dari Pasar Wiguna x Wonderful Indonesia: Wadah Anak Bermain dan Belajar
-
AgenBRILink SDM Mart Dorong Pengembangan Usaha Masyarakat di Grobogan
-
Kesaksian Warga Soal Cekcok Order Kopi Berujung Ricuh, Driver Ojol Disebut Sempat Telat Berjam-jam
-
Polisi Pastikan Telusuri Provokator Aksi Massa Driver ShopeeFood di Sleman yang Berujung Ricuh
-
Duh! Ricuh dengan Pelanggan di Sleman, Mobil Polisi Dirusak Ratusan Driver ShopeeFood