"Yang selama ini terjadi kan rancangannya kita menyesuaikan diri saja dengan protokol kesehatan, tapi tidak ada dalam rencana itu bahwa kita bisa sewaktu-waktu kita kembali dalam posisi itu." terangnya.
Untuk mengatasi jumlah pasien yang meningkat tajam, Doni menyatakan salah satu caranya adalah dengan menghentikan mobilisasi masyarakat terlebih dahulu. Tidak perlu hingga menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun cukup kembali mengimplementasikan apa yang sudah dilakukan pada bulan Maret lalu.
Dibandingkan dengan situasi di berbagai wilayah Indonesia lainnya, kebijakan jaga jarak yang diterapkan sebelumnya di DIY sudah cukup efektif. Setidaknya penularan cukup terkendali. Mustahil untuk bisa menghilangkan penularan sama sekali, karena tidak bisa menutup perbatasan antar daerah.
Namun, pemerintah bisa mengendalikan penularan pada titik dimana angka transmisi rendah, terkendali, dan masyarakat mulai bisa beraktifitas. Saat penularan kembali meningkat, maka masyarakat perlu kembali ke situasi sebelumnya dan hal demikian harus dilakukan secara berulang-ulang selama pandemi.
Jaga jarak efektif di rumah
Diantara 3T (Test, Tracing dan Treatement) yang selalu digaungkan sebelumnya, penghentian mobilitas menjadi hal kunci utama untuk menurunkan penularan. Meskipun sudah disampaikan juga, bahwa penularan melalui airbone sudah terjadi namun itu bukanlah penyebab penularan utama.
"Apakah airbone atau bukan, kuncinya adalah pada social distancing," katanya.
Sampai saat ini masyarakat Indonesia belum memiliki vaksin untuk menangkal wabah corona. Jika sudah memiliki vaksin, Doni mengaku masyarakat bisa lebih tenang karena bisa menciptakan herd immunity dengan segera. Tanpa vaksin, herd immunity baru bisa tercapai jika sebagian orang sudah terinfeksi.
Herd immunity yang terjadi sebelum adanya vaksin tidak hanya membutuhkan banyak orang terinfeksi, namun juga bisa menyebabkan korban meninggal lebih banyak lagi. Satu-satunya cara yang perlu dilakukan adalah menghindari penularan dengan berjaga jarak.
Baca Juga: Masker Scuba Tak Efektif Tangkal Covid-19, Ini Penjelasan Dokter RSA UGM
Sementara jaga jarak yang paling efektif adalah dengan tetap tinggal di rumah. Sehingga kegiatan perkantoran, sekolah dan aktivitas ekonomi perlu untuk kembali dilakukan dari rumah saja. Termasuk salah satu yang penting juga menerapkan ibadah dari rumah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kata-kata Elkan Baggott Curhat ke Jordi Amat: Saat Ini Kan Saya...
- Kata-kata Ivar Jenner Usai Tak Dipanggil Patrick Kluivert ke Timnas Indonesia
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Tangis Pecah di TV! Lisa Mariana Mohon Ampun ke Istri RK: Bu Cinta, Maaf, Lisa Juga Seorang Istri...
Pilihan
-
5 Fakta Kekalahan Memalukan Manchester City dari Spurs: Rekor 850 Gol Tottenham
-
Rapper Melly Mike Tiba di Riau, Siap Guncang Penutupan Pacu Jalur 2025
-
Hasil Super League: 10 Pemain Persija Jakarta Tahan Malut United 1-1 di JIS
-
7 Rekomendasi HP 2 Jutaan dengan Spesifikasi Premium Pilihan Terbaik Agustus 2025
-
Puluhan Siswa SD di Riau Keracunan MBG: Makanan Basi, Murid Muntah-muntah
Terkini
-
Kursi Ketum Golkar Rebutan: Munaslub Bayangi, DIY Kirim Sinyal Ini ke Pusat!
-
Misteri Kematian Diplomat Arya Daru: Ponsel Hilang Mendadak Aktif Kembali, Keluarga Curiga!
-
Misteri Kematian Diplomat Arya Daru: Keluarga Tolak Hasil Penyelidikan, Desak Otopsi Ulang!
-
Sebelum Tewas, Diplomat Arya Daru Panik di Mal GI? Keluarga Tuntut Pengusutan Dua Saksi Kunci!
-
Sambut Liga 2 Musim 2025/2026, PSS Sleman Ditargetkan Kembali ke Kasta Tertinggi