Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 05 Oktober 2020 | 18:57 WIB
Paguyuban warga Kabupaten Bantul akan menggelar perayaan HUT ke-39 dengan menggelar pertunjukan wayang kulit dengan dalang Ki Seno Nugroho. [ist]

SuaraJogja.id - Pagelaran wayang kulit secara online dengan dalang Ki Seno Nugroho akan meriahkan peringatan Hari Ulang Tahun Paguyuban Warkaban (Warga Kabupaten Bantul) ke 39, yang akan dihelat pada Jumat, 9 Oktober 2020. Gelaran wayang kulit climen dengan lakon Pandawa Namur Kawula ini dipilih sebagai upaya menyampaikan pesan kepada publik terkait beragam program, kegiatan hingga visi dan misi Paguyuban.

Ketua Paguyupan Warkaban, Didik Akhmadi menjelaskan, selain menggelar pertunjukan wayang kulit secara online, acara ulang tahun juga disi dengan silaturahmi Paguyuban Warkaban secara nasional ditandai dengan deklarasi “Warkaban Go Nasional” yang dilangsungkan secara virtual. Susunan lengkap kepengurusan DPP Paguyupan Warkaban Periode 2020-2022 akan diumumkan, baik pengurus harian, bidang bidang organisasi, dewan penasehat, lembaga kasepuhan dan dewan pakar.

“Hingga saat ini sudah ada 17 koordinator wilayah keterwakilan dari 17 propinsi di seluruh Indonesia, serta 17 koordinator cabang yang merupakan pengelompokan para perantau berdasarkan asal mereka dari 17 kecamatan di Bantul. Sudah bergabung sedikitnya 3000 anggota tersebar di seluruh Indonesia hingga luar negeri,” kata Didik Akhmadi dalam keterangan pers, Senin, 5 OKtober 2020.

Lebih lanjut Didik Akhmadi menjelaskan, jejaring Paguyuban Warkaban selain melakukan gerakan sosial kemasyarakatan, dengan semangat guyup rukun dan gotong royong sesama anggota juga dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan kepariwisataan dan pemberdayaan UMKM. Sedangkan program yang dikembangkan paguyuban meliputi kegiatan layanan sosial dan pemberdayaan masyarakat, kegiatan pelestarian seni dan budaya, pengembangan kegiatan usaha, dan kegiatan diskusi dan tukar pengalaman dalam bidang ilmu pengetahuan.

Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 di DIY Bertambah Lagi, Diantaranya ASN Dishub DIY

Selama masa pandemi covid-19, mayoritas aktivitas dilakukan secara virtual dengan memanfaatkan beragam platform digital dan sejumlah aktivitas sosial berlangsung tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan. Pagelaran wayang kulit climen adalah salah satu aktivitas paguyuban yang dilangsungkan secara virtual.

Untuk komunikasi dengan anggota maupun ke publik yang tersebar di berbagai wilayah, paguyuban menggunakan ragam media sosial. Untuk komunikasi dengan para anggota, Paguyuban Warkaban menggunakan sarana WhatsApp grup. Sedangkan komunikasi kepada publik, Paguyuban menggunakan media YouTube "Warkaban channel" dan Facebook grup "Paguyuban Warkaban (Warga Kabupaten Bantul)" hingga membuka call center dengan nomer: +62 816-852-457.

Pada acara gelaran wayang climen Jumat, 9 Oktober 2020, Pengurus Paguyuban Warkaban akan menyerahkan beberapa judul buku kepada Perwakilan Pemda Propinsi DIY atau pun Pemda Bantul bahwa Paguyuban Warkaban siap memberikan kontribusi pemikiran kepada Pemda Propinsi DIY dan juga kepada Pemda Kabupaten Bantul.

Wayangan climen dipilih karena bentuk gelaran wayang secara virtual yang cocok dengan kondisi sekarang ini. “Pak dalang beserta crew-nya menggelar wayang di lokasi sanggar-nya dan kemudian gelaran tersebut dipancarkan secara live streaming,” kata Didik.

Didik Akhmadi menjelaskan, lakon "Pandawa Namur Kawula" merupakan episode perjalanan kehidupan para Pandawa yang menjalani hukum buang dari kerajaan akibat Pandawa kalah main dadu. Hukum buang ditetapkan selama 13 tahun. Pada masa menjalani hukuman para Pandawa masing masing menjalankan profesinya sesuai yang tersedia di masyarakat.

Baca Juga: Bergejala Ringan, 7 ASN di Dishub DIY Positif Covid-19

Ada Pandawa yang menjadi guru tari, ada yang menjadi jagal tukang sembelih sapi, ada yang menjadi juru dakwah, dan ragam profesi yang lainnya. Pada episode ini, para Pandawa membaur bersama masyarakat dan mengatasi ragam permasalahan yang dihadapinya. Misalnya, Bima bisa membebaskan seorang demang dari tuntutan seorang raksasa yang meminta upeti korban korban dalam bentuk manusia hidup.

Hukum buang yang cukup lama tersebut berhasil dijalani. Dan para Pandawa tersebut pada akhirnya bisa kumpul di Kerajaan Wiratha, dibawah naungan Prabu Matswopati.

Perjalanan kisah lakon wayang tersebut menggambarkan sesanti yang ada di masyarakat Jawa bahwa "Wani ngalah, luhur Wekasane", "Andap asor, luhur wekasane", atau pun "Sopo sing sabar, luhur wekasane”.

“Mudah-mudahan publik bisa menangkap pesan-pesan luhur melalui pagelaran wayang ini. Dan semoga bermanfaat tidak hanya untuk masyarakat Bantul, namun publik yang lebih luas lagi,” kata Didik Akhmadi.

Load More