SuaraJogja.id - Puluhan warga Padukuhan Jomboran, Kalurahan Sendangagung, Kapanewon Minggir Sleman, melanjutkan aksi penolakannya terhadap rencana penambangan pasir dengan alat berat di Sungai Progo. Hal itu ditunjukkan dengan memasang spanduk-sapnduk penolakan di sekitar aliran sungai.
Seorang warga Jomboran, Ngajiono (67) khawatir jika penambangan dengan alat berat tetap dilakukan, bakal berdampak buruk terhadap kondisi lingkungan.
"Kami khawatir air mata berkurang, sumur akan kering dan tebing-tebing sungai berpotensi longsor. Padahal lokasi sungai ini ingin dijadikan tempat wisata untuk menunjang perekonomian warga," terang Ngajiono ditemui wartawan di Sungai Progo, Selasa (6/10/2020).
Ia mengatakan meski warga sudah meminta untuk membatalkan rencana penambangan, pihak penambang bersikukuh untuk tetap melakukan penambangan.
Baca Juga: Pelanggar Protokol di DIY Meroket, 90 Persen Merupakan Warga Luar Jogja
"Jika begho (exvacator) tetap diterjunkan untuk menambang, kami siap membakar," ujar dia saat aksi pemasangan spanduk penolakan di sekitar Sungai Progo.
Pria yang bekerja sebagai petani ini mengatakan panjang wilayah Jomboran yang memanfaatkan aliran Sungai Progo ini sepanjang 1 kilometer. Jika penambangan dilakukan aktivitas menanamnya di sekitar sungai akan terganggu.
"Lokasi Jomboran (yang melintasi Sungai Progo) paling luas. Ada sekitar 50 KK yang memanfaatkan sungai ini. Jika ditambang, saya tidak bisa menanam karena lingkungannya rusak," tambah dia.
Ngajiono mengaku hingga kini tidak ada pihak penambang atau perangkat desa yang melakukan mediasi dengan warga
"Belum ada, pihak PT tidak ada ada yang menemui warga. Sosialisasi pun tidak ada. Katanya sudah sosialisasi tapi di luar desa kami. Jelas saja mereka tidak terdampak langsung. Dukuh juga tidak membicarakan rencana penambangan ini kepada warga," katanya.
Baca Juga: 70 Lebih ASN Dishub DIY Ikuti Tes Swab Usai 8 Pegawainya Positif Covid-19
Seorang warga lainnya, Sutrisno (40) mengatakan seharusnya dukuh atau lurah setempat melakukan pertemuan dahulu dengan warga yang terdampak langsung. Jika sepakat, penambangan bisa dilakukan.
Berita Terkait
-
Masjid Agung Sleman: Pusat Ibadah, Kajian, dan Kemakmuran Umat
-
Libur Singkat, Ini Momen Bek PSS Sleman Abduh Lestaluhu Rayakan Idulfitri Bersama Keluarga
-
Gustavo Tocantins Beri Sinyal Positif, PSS Sleman Mampu Bertahan di Liga 1?
-
Dibayangi Degradasi, Pieter Huistra Bisa Selamatkan Nasib PSS Sleman?
-
Hasil BRI Liga 1: Drama 5 Gol, Persis Solo Kalahkan PSS Sleman
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Harga Emas Antam Berbalik Lompat Tinggi Rp23.000 Hari Ini, Jadi Rp1.777.000/Gram
-
Wall Street Keok, IHSG Diprediksi Melemah Imbas Perang Dagang Trump vs Xi Jinping
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
Terkini
-
Libur Lebaran di Sleman, Kunjungan Wisatawan Melonjak Drastis, Candi Prambanan Jadi Primadona
-
Zona Merah Antraks di Gunungkidul, Daging Ilegal Beredar? Waspada
-
Miris, Pasar Godean Baru Diresmikan Jokowi, Bupati Sleman Temukan Banyak Atap Bocor
-
Kawasan Malioboro Dikeluhkan Bau Pesing, Begini Respon Pemkot Kota Yogyakarta
-
Arus Balik Melandai, Tol Tamanmartani Resmi Ditutup, Polda DIY Imbau Pemudik Lakukan Ini