Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Rabu, 28 Oktober 2020 | 19:35 WIB
Muflih Fathoni (27) pemuda asal Padukuhan Tenggaran (004/002), Kalurahan Gedangrejo, Kapanewon Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, yang menjadi ketua Tim Formula Garuda UNY 2014. - (SuaraJogja.id/Julianto)

SuaraJogja.id - Pada 2014-2015, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pernah berjaya di dunia balap formula pelajar tingkat asia. Tim Formula Garuda UNY mampu bertengger di posisi puncak saat berlaga di Korea Selatan pada 2014 dan menjadi jawara di Jepang pada 2015.

Tak banyak yang tahu jika ketua Tim Formula Garuda UNY yang berprestasi di tingkat dunia adalah pemuda asal Kabupaten Gunungkidul. Adalah Muflih Fathoni (27,) pemuda asal Pedukuhan Tenggaran (004/002), Kalurahan Gedangrejo, Kapanewon Karangmojo, Gunungkidul yang menjadi ketua tim asal UNY tersebut.

Kisah pemuda yang akrab dipanggil Toni ini mungkin menjadi salah satu titik balik perjuangan generasi muda. Setelah melenting dengan segudang prestasi kala menjadi mahasiswa UNY, kini ia justru harus kembali berjuang dengan kerasnya hidup.

Prestasinya kala menjadi mahasiswa UNY hingga tingkat dunia tak menjaminnya mampu hidup enak. Seabrek prestasi internasional tidak menjadi jaminan bagi pemuda akan memiliki pekerjaan yang layak. Ia harus bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan kompetensinya sebagai lulusan D3 Teknik UNY.

Baca Juga: Vietnam Berharap Bisa Gelar Balap Formula 1 Akhir November

Kariernya bersama Garuda UNY Racing Team telah diakui dalam kancah internasional sebagai perakit mobil hybrid terbaik di kelasnya. Namun kini, ia 'hanya' bekerja sebagai teknisi penyewaan alat untuk para kontraktor pembangunan. Sebelumnya, bapak satu anak ini pernah bekerja menjadi surveyor di sebuah perusahaan leasing di Wonosari.

Ironis memang, prestasinya malang melintang di balapan formula Asia tak mampu menolongnya. Setelah lulus dari UNY, lelaki ini justru kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Seusai lulus, sama seperti khalayak lain, tibalah masa ia mencari pekerjaan. Berbekal seabrek piagam penghargaan dan juga pengalaman, masuk-keluar kantor untuk mencari lowongan pekerjaan ia jalani hampir 7 bulan.

"Sekitar setengah tahun saya ke sana ke sini mencari pekerjaan. Bahkan di sela-sela menanti panggilan interview saya pernah berhari-hari menjadi buruh lepas event organizer di Jogja dengan kerja jadi sopir dan angkat-angkat barang dengan upah Rp50 ribu sehari," ucapnya.

Ia mengaku beberapa kali mendaftar di salah satu bengkel resmi kendaraan dengan posisi service advisor dan berkali-kali pula sampai tahap wawancara HRD. Namun demikian, hingga kini tak ada pengumuman diterima. Padaha ia memiliki cita-cita ingin mengembangkan teknologi hybrid dan kelistrikan pada mobil.

Baca Juga: Balap Formula 1 Restart Akhir Pekan Ini Setelah Empat Bulan Vakum

"Tapi ya mau gimana tidak ada peluang. Sampai saya bener-bener mentok, ada lowongan di salah satu leasing, saya daftar," ujar dia.

Load More