Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Rabu, 28 Oktober 2020 | 19:35 WIB
Muflih Fathoni (27) pemuda asal Padukuhan Tenggaran (004/002), Kalurahan Gedangrejo, Kapanewon Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, yang menjadi ketua Tim Formula Garuda UNY 2014. - (SuaraJogja.id/Julianto)

"Saya terpilih dan saat itu saya jadi ketua tim teknik," terangnya.

Sebagai ketua tim, banyak pengalaman yang bisa ia dapat karena saat itu ia juga harus berpikir bagaimana menggaet sponsor di samping harus memaksimalkan kemampuan mobilnya. Ia juga harus membeli sparepart mobil listrik dari Amerika, dan yang paling penting adalah pengalaman bagaimana merakit mobil balap ramah lingkungan.

Setelah sekitar dua semester merakit mobil, tibalah pada Mei 2014, ia bersama puluhan anggota tim lainnya dikirim UNY ke Korea Selatan. Bersama tim, ia memastikan kondisi mobil sudah sesuai dengan ketentuan lomba.

"Memadukan teori teknologi mobil hybrid dan listrik ternyata memang tidak sesederhana yang kami bayangkan, tapi kami juga rajin konsultasi dengan dosen pembimbing," kata dia.

Baca Juga: Vietnam Berharap Bisa Gelar Balap Formula 1 Akhir November

Benar saja selama seminggu perlombaan, mobil yang berbulan-bulan ia rakit bersama tim berhasil meraih peringkat satu dan tiga di kategori acceleration dalam kejuaran International Student Green Car Competition 2014 di Korea Selatan.

Mereka berhasil menyabet gelar dari kejuaraan yang mempertandingkan dua kategori lomba untuk mobil hybrid dan listrik, yaitu acceleration dan maneuverability. Prestasi ini tentu mengejutkan dirinya karena awalnya tidak menyangka akan menang.

"Di masa-masa krisis menjelang pengumuman kami satu tim hanya diam sambil zikir, tegang sekali, tapi begitu pengumuman, lagu "Indonesia Raya" bisa dinyanyikan di kompetisi atas capaian kami rasanya bangga terharu sekali," jelas Toni.

Sekembalinya di Tanah Air, ia sebetulnya sudah meminta izin kepada dosen pembimbing Tim GURT untuk tidak lagi mengikuti kompetisi. Hal ini karena sejumlah pertimbangan, seperti masa studinya sebagai mahasiswa diploma yang harusnya ditempuh cukup enam semester telah habis.

"Tapi saya ingat betul dosen pembimbing marah-marah saya izin keluar dari tim karena ada kompetisi di Jepang tahun 2015. Kompetisinya cukup bergengsi, Student Formula Japan," ujarnya.

Baca Juga: Balap Formula 1 Restart Akhir Pekan Ini Setelah Empat Bulan Vakum

Meskipun di sisi lain ia ingin cepat lulus, ia juga bimbang karena baginya menjadi tim teknik di ajang sekelas Formula di mana pesertanya merupakan mahasiswa-mahasiswa terbaik seluruh dunia, membuat target kelulusan ia urungkan. Ia lantas kembali berkiprah bersama tim merakit mobil sesuai dengan kriterianya.

Load More